Anak Berpenyakit Kulit Langka Ditemukan Lagi di Medan, Mirip Haykal dan Zakira
MEDAN - Penyakit kulit langka dialami balita perempuan 5 tahun, bernama Luqyana Syasya di Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Sejak lahir kulitnya mengelupas, selain itu jari kaki dan tangannya putus, karena penyakit ini.
Ayah Luqyana, Dedi Irawan mengatakan anaknya lahir di kampungnya di Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Saat baru lahir, awalnya keluarga menemukan luka kecil di kaki Luqyana, mereka mengira itu luka karena proses persalinan.
"Sama bidan dikasih obat luka gitu. Tapi seminggu timbul luka lain, naik (sampai) ke atas. Ada benjolan kayak kena knalpot gitu, semakin hari terus, naik lagi ke atas sampai kepala," ujar Dedi, Selasa, 6 Juli.
Setelah kejadian itu, Dedi yang bekerja di pabrik di Medan, mengajak keluarganya pindah ke Medan. Tepatnya di Kelurajan Tangkahan, Martubung, Pasar 5 Jalan Rawa 2, Gang Sarino.
Alasan ke Medan karena Dedi khawatir penyakit anaknya disebabkan zat berbahaya dari sungai. Ia menuturkan, saat di kampungnya, mereka tinggal dekat aliran sungai.
"Ada sungai di belakang rumah mertua dulu, kami tinggal di rumah mertua dulu, sungainya bekas tambang semua. Kalau hujan deras memang aliran hujan ke sungai itu semua perginya," jelas Dedi.
Selain itu, Dedi juga ingin sang anak, bisa dirawat maksimal di sejumlah Rumah Sakit di Medan. Mulai dari RSUP Adam Malik hingga Rumah Sakit USU mereka sambangi. Namun nahas penyakit Luqyana kian mengganas.
"Seluruh badan sudah (mengelupas), giginya sudah patah-patah itu, udah busuk. Kukunya udah copot semua. Kuku kaki sama tangan," kata Dedi.
Dari pemeriksaan dokter, kata Dedi anak penyak keduanya tersebut, karena faktor genetik. Namun dia heran mengapa tidak bisa disembuhkan.
"Kalau dokter rumah sakit bilangnya bawaan genetik, tapi kalau berobat spesialis kulit yang di Jalan Ringroad, katanya auto imun. Tapi sama juga bawaan gen, cuma beda istilahnya aja, penyakit sama," jelas Dedi.
Setelah berulang kali berobat dan tidak ada perubahan, kini Dedi, beralih ke pengobatan alernatif. Begitu pun penyakit Luqyana juga tak kunjung sembuh.
Dedi begitu sedih menerima keadaan ini, dia tak tega melihat Luqyana, setiap hari menahan sakit, terlebih saat dimandikan.
"Asal dimandiin dia nangis, perih sepertinya," ungkapnya.
Menurut Dedi penyakit Luqyana, juga cenderung aneh, jika sedang kambuh, badannya basah oleh keringat, lalu menimbulkan kegatalan.
"Kalau lagi kumat, basah semua badannya. Pas lagi kering ya kering. Efek obat itu nggak ada nampak gitu gatal, nggak tahu lah kita, mungkin imun dia di dalam lah, pas kering dikira sudah sembuh, naik lagi, timbul lagi (luka)," tuturnya.
Dari kejadian ini dia berharap memperoleh bantuan pengobatan, dari Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi. Sebab, sebelum ini, dia melihat Gubsu Edy, membantu pengobatan anak yang punya penyakit yang sama, dengan anaknya.
Menurut Dedi memohon pada Edy merupakan bagian ikhtiarnya, untuk menyembuhkan anak.
"Tadi lihat medsos, lihat Gubernur Edy Rahmayadi menjumpai orang kakak beradik, lalu dibawa berobat dan mau bentuk tim dokter, saya tengok penyakitnya sama. Saya mohon pertolongannya," harap Dedi.
Baca juga:
- TNI-Polri Masih Kurang Awasi 'Jalur Tikus' Daerah Penyangga, Kapolda Fadil: Banyak Lubangnya, Masyarakat Juga
- Meradang Temukan Perusahaan Langgar 100 Persen WFH PPKM Darurat, Anies Baswedan: Egois, Ini Soal Nyawa!
- TKA Masuk RI Saat PPKM Darurat Diprotes, Luhut: Kalau Enggak Ngerti Masalah, Jangan Terlalu Cepat Ngomong
Sebelumnnya Gubsu Edy membentuk tim dokter khusus untuk mengobati Kakak Adik Haikal (8) dan Zakira (3). Keduanya terkena penyakit langka yakni kulit di sekujur tubuhya mengelupas hingga keduanya kerap kesakitan.
Gubsu Edy mengatakan saat ini kedua bocah menjalani perawatan di Rumah Sakit Haji Medan. Edy juga menduga penyakit ke dua kakak beradik itu karena dampak limbah merkuri.
"Tapi tak bisa kita ngomong seperti itu, kita lihat nanti, kita bawa ke laboratorium apa itu. Kalau kita lihat posisi desanya, mungkin itu (karena merkuri), itu dugaan awal, (Tapi) nanti kita pastikan, hasil diagnosa dokter nanti," ujar Edy, Senin 7 Juli.