Jatuh dan Tewaskan Enam Tentara, Armada Helikopter Black Hawk Filipina Dikandangkan
JAKARTA - Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana memerintahkan penghentian operasi armada militer helikopter Black Hawk milik Angkatan Udara Filipina, Kamis 24 Juni.
Perintah ini dikeluarkan, setelah satu unit helikopter S-70i Black Hawk jatuh dalam latihan di sebuah provinsi di utara ibukota Manila dan menewaskan enam orang yang ada di dalamnya.
"Helikopter S-70i Black Hawk, salah satu dari 16 yang dibeli pada 2019 dari Polandia, jatuh pada Rabu malam setelah lepas landas dari bekas pangkalan militer AS di Provinsi Pampanga," kata angkatan udara dalam sebuah pernyataan.
"Tim pencarian dan penyelamatan kemudian menemukan puing-puing helikopter utilitas tempur. Penyelidikan pun telah digelar," sambung pernyataan tersebut.
Filipina diketahui memesan 16 unit helikopter S-70i Black Hawk dengan nilai sekitar 241,4 juta dolar Amerika Serikat (AS) dari PZL Mielec Polandia, anak usaha dari Sikorsky. S-70i merupakan versi ekspor untuk pasar internasional yang dirakit oleh PZL Mielec.
Enam helikopter Black Hawk, termasuk yang jatuh, dikirim pada November lalu, sementara lima lainnya dikirim awal Juni dan sedang dalam pemeriksaan teknis. Batch terakhir akan dikirim akhir tahun ini.
Pada Bulan Juli lalu, empat tentara tewas dan satu lagi terluka setelah sebuah helikopter militer 'Huey' jatuh saat lepas landas untuk operasi pelatihan malam hari di Filipina utara.
Baca juga:
- Mantan Presiden Benigno Aquino Wafat, Filipina Kehilangan 'Anak Demokrasi'
- Sebelum Indonesia, Hong Kong Larang Penerbangan dari Filipina, India, Nepal dan Pakistan
- Digertak China, Menteri Pertahanan Filipina Pastikan Tetap Gelar Latihan di Laut China Selatan
- Ayah Pangeran Nigeria, Ibu Perawat Filipina, Alaba Pilih Bela Timnas Austria
Untuk diketahui, sebagian besar peralatan yang digunakan oleh militer Filipina tergolong tua, termasuk kapal perang era Perang Dunia Kedua dan pesawat antik Perang Vietnam. Untuk meremajakan militernya, Filipina mengalokasikan dana lebih dari 6 miliar dolar AS untuk peningkatan kemampuan pertahanan antara tahun 2018 - 2022.