Mengenang Sosok Didi Kempot Sebagai Duta Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jakarta

JAKARTA - Semasa hidupnya, Didi Kempot tak hanya dikenal sebagai musisi campur sari legendaris. Ia juga dinobatkan sebagai Duta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) DKI Jakarta. 

Meski baru dinobatkan sebagai Duta Seni K3 selama 4 bulan, kontribusi Didi bisa diakui. Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Andri Yansyah mengenang kegiatan konser Safety Excelent with Didi Kempot pada Januari lalu. 

Di sana, kata Andri, warga dan pekerja DKI yang hadir antusias menonton Didi menyanyikan tembang lagunya. Dengan diterimanya Didi oleh banyak khalayak ini, kata Andri, membuktikan penobatan "Godfather of Broken Heart" menjadi Duta K3 sudah sesuai. 

"Tadinya, musik daerah sulit diterima oleh penggemar jazz, pop, maupun rock, sekarang masuk. Nah, dengan pertimbangan itu, makanya otomatis dia juga masuk nih dikalangan pekerja dan kita jadikan Didi sebagai Duta K3," kata Andri kepada wartawan, Selasa, 5 Mei. 

Sebagai Duta K3 DKI, kata Andri, Didi selalu menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di tiap konsernya. Penyampaian pesan ini cukup biasanya disampaikan selama satu menit di sela-sela konser. 

"Jadi, terus terang saja bangsa Indonesia kehilangan, terutama untuk kalangan Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta," ungkap Andri. 

Diberitakan sebelumnya, Didi Kempot meninggal dunia, Selasa, 5 Mei pagi di RS Kasih Ibu Solo. Pria yang akrab disapa "Lord Didi" ini mengembuskan napas terakhirnya pada usia 53 tahun.

Pria bernama lengkap Dionisius Prasetyo ini lahir di Solo, Jawa Tengah pada 31 Desember 1966. Ia merupakan putra dari pelawak Ranto Edi Gude yang dikenal dengan nama Mbah Ranto serta adik dari salah satu pelawak senior Srimulat Mamik Podang. 

Didi Tidak Pernah Lulus dari Bangku SMA

Lord Didi tidak pernah lulus SMA. Bermodal pesan manjur sang ayah yang mengatakan, 'menjadi seniman sukses tidak harus sekolah tinggi akan tetapi dengan bakat, kemampuan yang mumpuni dan juga kerja keras', Didi Kempot memulai karier musiknya sebagai pengamen jalanan pada 1984.

Menciptakan banyak lagu selama menjalani hidup di jalanan Solo dan Yogyakarta dengan cara ngamen dari satu bis ke bis lainnya, Didi Kempot nekat hijrah ke Jakarta sambil berharap ada produser yang tertarik dan membawanya ke studio rekaman.

Tidak sia-sia. Album pertama Lord Didi, Stasiun Balapan dirilis pada 1999. Banyu Langit, Aku Ora Dolan, Neng Pacitan dan Segoro Tubanmenjadi bukti lain kesuksesan seorang Didi Kempot.

Sejauh ini, Didi Kempot telah menghasilkan tujuh album, yakni Stasiun Balapan (1999), Plong (2000), Ketaman Asmoro (2001), Poko'e Melu (2002), Cucak Rowo (2003), Jambu Alas bersama Nunung Alvi (2004), dan Ono Opo (2005). Album -album ini melahirkan puluhan lagu hits.

Dengan eksistensi mentereng dan seabrek karya fantastis, Didi Kempot berhasil membentuk fan base dengan nama Sobat Ambyar. Komunitas ini semakin eksis seiring naiknya popularitas Lord Didi. Sebelumnya istilah Kempoters juga muncul untuk mengidentifikasi para penggemar Didi Kempot. Namun sebutan tersebut berkembang di kalangan anak muda menjadi Sad Boys (untuk laki-laki) dan Sad Girls (untuk perempuan).

Mayoritas Sobat Ambyar merupakan generasi muda. Hal ini menunjukkan bahwa karya Didi Kempot diminati lintas generasi. Komunitas ini terbentuk melalui sebuah acara yang diadakan Rumah Blogger Indonesia di Solo pada pertengahan Juni 2019.

Eksistensi para penggemar muda ini membuat Didi Kempot dinobatkan sebagai Godfather of Broken Heart (bahasa Jawa: Bapak Loro Ati Nasional; Bapak Patah Hati Nasional).