Pengamat Bilang Puan Maharani Paling Cocok jadi Capres PDIP
JAKARTA - Pengamat politik Emrus Sihombing menilai Ketua DPR RI Puan Maharani paling cocok dijadikan calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
"Saya terus terang berpendapat, bukan hanya kader terbaik dari PDI Perjuangan, tapi calon presiden terbaik bangsa dan negara ini," ujar Emrus dalam pesan singkat yang diterima VOI, Senin, 24 Mei.
Dikatakan Emrus, Puan memiliki rekam jejak kepemimpinan yang sudah tidak diragukan lagi. Terbukti, ia berhasil memimpin Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) periode 2014-2019.
"Kementerian di bawah koordinator beliau tidak ada persoalan, kementerian kesehatan, kementerian sosial, dan kementerian lainnya. Dia pemimpin yang humanis yang bisa mengontrol sejumlah kementerian," jelas Emrus.
"Bukannya jika dia sebagai presiden dengan pengalaman itu sudah sangat luar biasa. Pengalaman eksekutif, selama dia sebagai Menko itu secara tidak langsung dia sudah menjadi presiden dalam tanda kutip di bidang Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Menko PMK karena dia pembantu Presiden di bidang itu," kata Emrus.
Selain eksekutif, lanjutnya, Puan juga sukses di legislatif. Legislator Jawa Tengah itu dianggap memiliki kinerja yang baik selama duduk di parlemen dan memperoleh suara terbanyak pada pemilu.
"Selama sebagai anggota DPR tidak pernah bermasalah. Ketika dia memimpin DPR, semua bisa dipimpin dan tidak ada gejolak, sebagai Ketua DPR dia menunjukkan kepiawaiannya," terang Emrus.
Baca juga:
- Ngabalin Sebut 'Amien Rais Pak Tua Wafat Sebelum Pemilu 2024', Partai Ummat: Hati-hati Ngabalin!
- Amien Rais Singgung Jabatan Jokowi, Ngabalin: Saya Khawatir Orang Tua Ini Wafat Sebelum Pilpres
- Anies Temui Ketum PAN Dianggap Pendekatan Pilpres 2024, Tapi Dinilai Rugi Bila Hanya Merapat ke Parpol Islam
- Mungkinkah Prabowo Disandingkan dengan Puan di Pilpres 2024?
"Puan tetap pemimpin secara kualitatif, Puan Maharani sebagai sosok yang luar biasa. Survei itu kan kuantitatif, tidak menjelaskan secara kualitatif," kata Emrus Sihombing.