Bangun Pangkalan Militer Ultra Moderen di Kutub Utara, Rusia: Musuh Tidak Boleh Lewat!

JAKARTA - Rusia mempertegas kehadirannya di Kutub Utara. Kali ini, Negeri Beruang Merah membangun pangkalan militer ultra moderen, tepat di jantung Kutub Utara, di mana ada perselisihan Moskow dengan NATO.

Perkembangan aksesibilitas dan rute navigasi di kawasan Kutub Utara yang mencair dengan cepat, menarik persaingan global dan benturan kepentingan Moskow dengan berbagai negara, termasuk Amerika Serikat.

"Musuh tidak boleh lewat," tegas salah satu komandan pasukan Rusia di kawasan tersebut Ivan Glushchenko, seperti melansir The Moscow Times, Rabu 19 Mei.

Glushchenko, salah satu perwira pangkalan, mengatakan anak buahnya melihat pesawat pengintai Norwegia awal pekan lalu.

Meski lewat tanpa melanggar perbatasan, pasukan Rusia mengirimkan salah satu pesawat mereka untuk 'menemani' pesawat Norwegia selama beberapa jam.

Ketegangan ini kemungkinan akan muncul kembali di Reykjavik, Islandia pada Hari Rabu, saat  pertemuan tingkat menteri Dewan Arktik yang terdiri dari Rusia, Amerika Serikat (AS), Kanada, Norwegia, Denmark, Swedia, Finlandia dan Islandia digelar.

Tentara Rusia di Kutub Utara. (Wikimedia Commons/RIA Novosti archive image #642086/Vladimir Baranov)

Jelang pertemuan di mana Rusia akan mengambil giliran sebagai pemimpin, AFP diundang untuk mengunjungi 'Arctic Trefoil', pangkalan militer paling utara yang terletak di kepulauan terpencil Franz Josef Land, di Samudra Arktik.

Di bangun di Pulau Alezandra Land yang hanya dihuni oleh personil militer, pasukan Rusia ditempatkan di komplek berbentuk semanggi, dengan cat warna bendera Rusia, putih, biru, merah.

Menemati reruntuhan situs Uni Soviet, kompleks tersebut sekarang mencakup lebih dari 14.000 meter persegi dan mampu menopang dirinya sendiri secara mandiri selama lebih dari setahun. Dulunya, ini adalah pangkalan udara Nagurskoye.

Pangkalan dilengkapi dengan kebutuhan seperti pembangkit listrik, pemurnian air dan sistem pemanas. Pangkalan ini juga memiliki klinik, gym, bioskop, sauna dan bahkan gereja.

Semua fasilitas dihubungkan oleh terowongan berpemanas, memungkinkan sekitar 150 atau lebih prajurit untuk menghindari cuaca buruk di luar, di mana suhu bisa turun hingga minus 42 derajat Celcius.

"Kompleks ini seperti stasiun luar angkasa, satu-satunya perbedaan adalah tidak di orbit tetapi di gurun Arktik," jelas Jenderal Igor Churkin, salah satu komandan Armada Utara Rusia yang menempati pangkalan itu.

Kapal selam nuklir K-114 Tula Armada Laut Utara Rusia (Wikimedia Commons/Rusia RIA Novosti archive image #895550/Mikhail Fomichev)

Meskipun angin kencang dan kondisi cuaca buruk, pangkalan itu juga memiliki lapangan terbang raksasa. Dari sanalah dua jet tempur MiG-31, salah satu pesawat tercepat di dunia, menyelesaikan penerbangan di Kutub Utara pada Bulan Maret, yang pertama untuk Angkatan Udara Rusia.

"Pangkalan itu juga menawarkan sistem pertahanan pantai Bastion dengan jangkauan 360 kilometer. Ini telah menunjukkan keandalannya dalam kondisi cuaca ekstrem di Kutub Utara," kata komandan Balabek Eminov.

Ketika Moskow berusaha untuk menegaskan pengaruhnya di Kutub Utara, perselisihan militer telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan pasukan Rusia dan NATO melakukan manuver untuk menunjukkan ambisi mereka.

Tindakan provokatif

Selain 'insiden' melintasnya pesawat Norwegia, Rusia juga memerhatikan perkembangan militer negara lain di sekitar Kutub Utara. Komandan Armada Utara Alexander Moiseyev mengatakan, pasukan AS dan NATO sedang melakukan manuver di Kutub Utara dengan keteraturan yang meningkat.

Rusia Sistem pertahan rudal S-400 Triumf (Sumber: Wikimedia Commons)

"Kami belum pernah melihat ini sejak akhir Perang Dunia Kedua," katanya, berbicara dari atas kapal penjelajah perang nuklir di pelabuhan Severomorsk, kota tertutup di pantai Arktik Rusia dan pangkalan Armada Utara.

Dia mencela tindakan provokatif Washington di wilayah tersebut, seperti penerbangan pembom strategis yang dekat dengan perbatasan Rusia, dan penempatan kapal AS ke Laut Barents dan lepas pantai anggota NATO, Norwegia.

Merespon situasi yang ada, Rusia meningkatkan kehadiran militernya dalam beberapa tahun terakhir, khususnya dengan mengerahkan sistem pertahanan udara S-400 yang canggih ke wilayah tersebut.

Kendati diperkirakan akan bertemu muka untuk pertama kali dengan mitranya dari AS Antony Blinken di sela KTT Dewan Arktik, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Senin memperingatkan negara-negara lain yang mempertaruhkan klaim di Kutub Utara.

"Ini tanah kami dan perairan kami," tegasnya.