Pimpinan Ormas Anti Korupsi Peras 5 Kades di Banyumas Uang Ratusan Juta, Ancamannya: Dibina atau Dibinasakan!
BANYUMAS - Penyidik Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota (Polresta) Banyumas menahan Ketua Dewan Pimpinan Provinsi Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) Jawa Tengah Subroto. Subroto diduga melakukan pemerasan terhadap 5 kepala desa (kades).
"Tersangka atas nama Siswo Subroto MH alias Subroto MH alias Broto (57) saat ini sudah dilakukan penahanan di Polresta Banyumas," kata Kepala Satreskrim Kompol Berry dilansir dari Antara di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa, 18 Mei.
Subroto ditahan atas dugaan tindak pidana pemerasan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan subsider pemerasan dengan ancaman penistaan atau ancaman membuka rahasia lebih.
Hal ini diatur dalam Pasal 368 KUHP subsider 369 KUHP lebih subsider 335 KUHP dengan ancaman pidana penjara paling lama sembilan tahun.
"Kami melakukan penahanan berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti, dan/atau mengulangi perbuatan," katanya.
Baca juga:
- KRL Commuter Line Solo-Yogyakarta Sepi selama Ramadan dan Lebaran, Cuma 3.700 Penumpang per Hari
- Sepandai-pandainya Pemudik Terobos Penyekatan toh Ketahuan, Seperti yang Ini Sembunyi di Atap Angkutan
- Wagub Riza Minta Warga DKI Ikut Andil, Laporkan ASN yang Bukber Hingga Open House Lebaran
- PNS Dishub DKI Jadi Perantara Narkoba di Aceh, Wagub Riza Mengaku Baru Dengar Beritanya
Penyidik Satreskrim Polresta Banyumas menangani kasus dugaan pemerasan yang diadukan oleh Paguyuban Kepala Desa Kabupaten Banyumas pada hari Senin, 26 April dan ditindaklanjuti dengan laporan korban pada hari Rabu, 28 April.
Dalam hal ini, korban atas nama Wagiyah (54) yang merupakan Kepala Desa Sibrama, Kecamatan Kemranjen, melaporkan kasus dugaan pemerasan yang dilakukan oleh oknum ketua salah satu LSM antikorupsi berinisial SS.
Wagiyah mengaku terpaksa menyerahkan uang secara tunai sebesar Rp65 juta yang diserahkan dua kali, masing-masing Rp20 juta dan Rp45 juta kepada terlapor melalui seorang perantara berinisial A karena merasa takut.
"Saya takut karena ada ancaman 'kalau kepala desa tidak mau dibina, ya dibinasakan, kalau enggak boleh dipinjam (APBDes, red.) sebentar, empat jam, enggak masalah, besok ada yang mengambil dari Kejaksaan'. Kan saya takut," katanya.
Selain Wagiyah, ada empat kepala desa lain yang turut memberikan uang kepada terlapor, yakni Kades Petarangan, Kades Grujugan, Kades Sibalung, dan Kades Karanggintung, Kecamatan Kemranjen. Total uang yang diserahkan mencapai Rp375 juta.
Terkait dengan laporan tersebut, Penyidik Satreskrim Polresta Banyumas telah memeriksa 17 orang saksi termasuk kades dan penghubung yang dilanjutkan dengan penetapan tersangka. Selanjutnya, Subroto menjalani pemeriksaan sebagai tersangka pada hari Senin April lalu.