Krisis COVID-19 di India, Bajaj Disulap Jadi Ambulans Darurat
JAKARTA - Gelombang tsunami COVID-19 di India terus meminta korban jiwa. Hingga Kamis kemarin, India mencatat total 21.485.285 kasus infeksi dengan 234.071 kematin akibat COVID-19, berdasarkan data Worldometers.
Selain kekurang oksigen, vaksin, serta kamar perawatan, penanganan COVID-19 di India juga terkendala dengan keterbatasan ambulans. Misalnya seperti di New Delhi.
Untuk mengatasi masalah ini, otoritas setempat mengubah beberapa bajaj, angkutan umum roda tiga yang familiar, sebagai ambulans darurat untuk mengangkut pasien COVID-19.
Lonjakan drastis kasus COVID-19 membuat sistem perawatan kesehatan, termasuk ambulans, milik pemerintah kewalahan dalam menangani pasien. Sementara untuk operator ambulan swasta, keluarga pasien harus membuat kesepakatan sendiri dengan tarif selangit.
Untuk itu, Pemerintah New Delhi bekerja sama dengan organisasi nirlaba, telah melengkapi lebih dari selusin bajaj dengan pembersih tangan dan masker wajah, sementara tabung oksigen disediakan berdasarkan kebutuhan. Layanan yang dimulai secara resmi pada Hari Selasa lalu ini gratis.
Salah seorang pengemudi bajaj Raj Kumar telah membawa pasien ke Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash Narayan, fasilitas terbesar di New Delhi, India, yang dipenuhi dengan pasien COVID-19.
"Kita semua harus membantu satu sama lain saat ini untuk keluar dari situasi ini," kata Kumar, yang mengenakan setelan APD, seperti melansir Reuters, Jumat 7 Mei. Ada sekat plastik antara dia dan penumpang di belakang.
"Jika semua orang tetap di rumah karena mereka takut, lalu siapa yang akan membantu mereka yang membutuhkan?" imbuhnya.
Baca juga:
- India Catat Rekor Baru Infeksi dan Kematian COVID-19, Pakar Ingatkan Fase 3
- Pasien COVID-19 Meninggal Karena Kekurangan Oksigen, Pengadilan India: Seperti Genosida
- Tentang Strain COVID-19 India dan Inggris yang Ditemukan di Banten: Bahaya, Gejala, dan Sebarannya di Indonesia
- Kasus COVID-19 di India Tembus 20 Juta, Pemimpin Oposisi Minta Lockdown Nasional
Sementara itu, Mohit Raj, pendiri dan direktur eksekutif yayasan Turn Your Concern Into Action mengatakan, tanggapan sejauh ini menunjukkan bahwa skema tersebut membutuhkan lebih banyak kendaraan.
"Sekarang kami menerima telepon tidak hanya dari pasien COVID tetapi dari pekerja lini depan yang tidak dapat menemukan alat angkut pasien, serta dari orang dengan penyakit lain," ungkapnya.
Raj menambahkan dia telah menerima permintaan dari bagian lain negara itu untuk memulai layanan di sana.