Upaya Partai Ummat Citrakan Diri Sebagai Partai Moderat
JAKARTA - Partai-partai politik nasional tampaknya membuka tangan bagi kehadiran Partai Ummat. Salah satunya, Partai Golongan Karya. Partai tertua ini mengucapkan selamat kepada Partai Ummat yang resmi dideklarasikan tokoh reformasi Amien Rais.
"Selamat datang, kalau memang itu menjadi hak warga negara mudah-mudahan menjadi alternatif baru untuk menyalurkan aspirasi masyarakat," ujar Ketua Bidang Organisasi DPP Partai Golkar Zulfikar Arse Sadikin kepada VOI, Jumat, 30 April.
Menurutnya, Partai Ummat merupakan partai Islam yang hadir memperkuat sistem presidensial untuk membangun kompatibilitas kepartaian. Namun, pihaknya ingin ada partai islam yang moderat.
"Kita lebih menginginkan hadirnya parpol yang moderat. Artinya kita lebih menginginkan parpol itu plural tapi moderat," ucap Zulfikar.
"Kedua ada kekuatan yang efektif di DPR baik dia sebagai kekuatan pemerintah maupun kekuatan penyeimbang supaya check and balances terjadi dan kehidupan demokrasi kita menuju substansi," sambungnya.
Baca juga:
- Survei Menyebutkan Elektabilitas Partai Ummat Ungguli PAN: Berkat Keseriusan Amien Rais
- Diprediksi Lebih Besar dari PAN, Partai Ummat: Siapapun Boleh Gabung Kecuali Ateis
- Pengamat: Amien Rais Bisa Sekelas Gus Dur Secara Politik, Tapi Lebih Bijaksana Gus Dur
- Partai Ummat: Amien Rais Tak Bisa Disamakan dengan Gus Dur
Sebagai Partai baru, anggota Komisi II DPR itu pun mengingatkan, Partai Ummat harus memenuhi persyaratan terlebih dahulu untuk mengikuti kontestasi pemilihan umum. Selain memenuhi syarat keterwakilan 100 persen provinsi, 75 persen kabupaten/kota, dan 50 persen kecamatan serta keterwakilan perempuan.
"Tapi harus penuhi persyaratan sesuai UU untuk kepesertaan pemilu, mau partai lama atau baru harus ikuti verifikasi administrasi maupun faktual," kata Zulfikar.
Keinginan Partai Golkar, sepertinya memang sedang diupayakan Partai Ummat. Partai berlambang perisai dan bintang emas tengah membangun citra diri sebagai partai Islam yang merangkul semua golongan, baik berbeda suku, ras dan agama.
Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi menegaskan, partainya membuka tangan untuk nonmuslim bergabung. Namun Partai Ummat mengandalkan basis organisasi masyarakat Islam.
Menantu Amien Rais menegaskan partai yang baru saja dideklarasikan itu terbuka dan siap merangkul semua kalangan. Bukan hanya eksklusif untuk kader muslim, melainkan juga nonmuslim.
"Kami terbuka untuk tidak hanya muslim," kata Ridho Rahmadi.
Wakil Ketua Umum Partai Ummat Agung Mozin juga membenarkan jika partainya terbuka untuk nonmuslim yang ingin bergabung. Bahkan, kata dia, sudah banyak masyarakat di Papua dan Manado, Sulawesi Utara yang mendaftar sebagai anggota partai besutan Amien Rais itu.
Agung pun tak mengamini masukan Partai Golkar yang ingin ada partai Islam yang moderat saat ini.
"Pastinya, Partai Ummat itu kan islam moderat, sangat menghargai perbedaan, tidak ada intimidasi soal suku dan ras," ujar Agung kepada VOI, Sabtu, 1 Mei.
Menurut Agung Partai Ummat tidak menutup pintu bagi siapapun yang mau sama-sama melawan kezaliman dan menegakkan keadilan. Sesuai dengan tagline partai.
"Kalau sudah bicara melawan kezaliman dan menegakkan keadilan, itu agama manapun sama. Mau orang Kristen mau Katolik, Islam, selama dia melihat ada ketidakadilan maka dia harus bersama Partai Ummat. Kecuali dia sendiri mau melakukan kezaliman tentu tempatnya bukan di Partai Ummat," tegas Agung.
"Jadi selama yang bersangkutan dari agama apapun, ketika dia melihat kezaliman dan menegakkan ketidakadilan saya kira rumahnya di Partai Ummat," sambungnya.
Lantas, bagaimana aspirasi kader nonmuslim dielaborasikan dalam bingkai Rahmatan Lil Alamin sebagai konsepsi jati diri Partai Ummat?
Agung menjelaskan, Partai Ummat menjunjung Islam sebagai rahmatan lil alamin. Artinya merangkul semua suku, agama dan ras.
"Itu dia Islam untuk seluruh sekalian alam. Rahmatan lil alamin maksudnya itu jangan kan manusia, tumbuhan, isi alam ini harus kita jaga, apalagi manusia itu pengertian rahmatan lil alamin," jelasnya.
Agung pun merujuk piagam Madinah. Dimana, ketika jaman nabi orang-orang Kristen justru dilindungi dan dijaga. Kecuali orang Kristen tersebut memusuhi umat Islam maka akan ada hukuman setimpal.
"Tapi kalau mau berdampingan secara damai, ya wajib mereka kita lindungi. Jadi tidak ada Islam bunuh Kristen Kristen bunuh Islam, kalau ada yang lakukan, itu adalah penjahat bukan Islam. Itu penjahat kemanusiaan," katanya.
Termasuk orang mengaku Islam, yang tega membunuh saudaranya sesama muslim maupun agama lain. "Kalau dia memahami agamanya dengan baik dia tidak akan melakukan pembunuhan itu kecuali kepada orang yang memusuhinya," tandas Agung Mozin.