Kalau 2045 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih 5 Persen, Ucapkan Selamat Tinggal Saja untuk Mimpi Jadi Negara Maju
JAKARTA - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan Indonesia setidaknya memerlukan pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen secara berkelanjutan untuk bisa lepas dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) dan menuju negara maju.
“Tantangan ini bisa diatasi dengan transformasi ekonomi dari yang lower productivity menjadi higher productivity,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis, 29 April.
Suharso menambahkan, tanpa adanya perubahan desain makro ekonomi maka Indonesia hanya bisa meraih angka pertumbuhan paling banyak 5 persen.
“Dalam hitungan matematika sederhana kami, jika pertumbuhan hanya 5 persen maka pada 2045 Indonesia belum bisa keluar dari middle income trap,” tuturnya.
Oleh karena itu Suharso berharap betul pada reformasi aturan dunia usaha dan ketenagakerjaan yang termuat dalam UU Cipta Kerja guna membantu Indonesia menjadi negara maju dalam dua puluh tahun ke depan.
“Negara tetangga Filipina kami prediksi bisa keluar dari middle income trap pada 2027 dan Vietnam pada 2043,” jelasnya.
Baca juga:
- Siapa Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi yang Disebut Jokowi Bernyali Besar dan Pernah Dipuji Jusuf Kalla
- Tesla Milik Elon Musk Raup Pendapatan Rp150 Triliun dalam 3 Bulan, 2 Kali Lipat Harta Konglomerat Chairul Tanjung yang Sudah Berbisnis 40 Tahun
- Jokowi Tugaskan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia jadi 'Penghulu', Kawinkan UMKM dan Perusahaan Besar
Sebagai informasi, sebuah negara bisa tergolong sebagai negara maju apabila pendapatan perkapita penduduknya telah menyentuh angka 12.535 dolar AS.
Sedangkan Indonesia berdasarkan laporan yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), disebutkan bahwa memiliki pendapatan perkapita sebesar 3.911 dolar AS atau setara Rp56,9 juta dengan postur Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp15.434,2 triliun.
Sementara itu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir berada di kisaran level 5 persen. Perlu diketahui bahwa angka ini dibentuk pada kondisi normal dan sebelum pandemi. Adapun pada sepanjang 2020 lalu, laju pertumbuhan terkontraksi cukup dalam menjadi minus 2,07 persen.