Backgorund Muhammadiyah, Kursi Menko Muhadjir Diprediksi Kokoh, Nadiem Diusulkan Isi Posisi Wamen Mendikbud Ristek
JAKARTA - Nama menteri yang akan mengisi pos Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (Kemendikbud dan Ristek) masih menjadi teka-teki. Posisi Nadiem Makarim sebagai Mendikbud pun terancam, sementara Bambang Brodjonegoro sebagai Menristek dipastikan kandas.
Kabar seliweran, Menko PMK Muhadjir Effendy bakal dikembalikan ke kursi menteri Kabinet Kerja lalu. Artinya, Muhadjir diproyeksi mengisi jabatan menteri Kemendikbud dan Ristek.
Pengamat politik Karyono Wibowo menilai, posisi Muhadjir dalam kabinet masih cukup kuat sehingga tak mungkin dicopot Presiden Jokowi. Namun, tak menampik kemungkinan jika Muhadjir diganti tentu penggantinya merupakan kader Muhammadiyah juga.
"Muhadjir menurut saya posisinya masih cukup kuat karena backgorund-nya kan Muhammadiyah. Tapi kalaupun diganti mungkin dari kalangan Muhammadiyah juga," ujar Karyono kepada VOI, Selasa, 20 April.
"Katakanlah Menko PMK bukan dari Muhammadiyah, mungkin diganti sosok baru atau yang ada di dalam kabinet. Kemungkinan Kemendikbud Ristek bisa diisi oleh kader Muhammadiyah, salah satunya Abdul Mu'ti," sambungnya.
Baca juga:
- Mengejar Jozeph Paul Zhang Hingga ke Jerman
- Dapat Nilai E dari ICW, Polri Hargai Sebagai Masukan Bekerja Lebih Baik
- Sebelum Viral, Polri Klaim Sudah Monitor Video Jozeph Paul Zhang yang Mengaku Nabi ke-26
- Tjahjo Kumolo Pecat ASN Radikal, Tengku Zul Sewot: Radikal Itu yang Aktif Pengajian, Celana Gantung
Kendati demikian, Karyono menilai, yang lebih penting selain soal siapa Mendikbud Ristek, adalah wakil menteri di setiap bidang. Sebab, akan menjadi beban berat Mendikbud jika tidak ada yang membantu soal ristek.
Tokoh yang mengisi pos gabungan kementerian itu pun jangan orang sembarangan. Karyono menyarankan, harus dari kalangan profesional yang berpengalaman.
"Mendikbud apalagi ditambah ristek ini kan bebannya berat. Karena itu menurut saya karena ini dunia pendidikan dan menyangkut riset dan teknologi maka lebih baik diisi orang-orang yang memiliki rekam jejak profesional di bidangnya," jelas Karyono.
"Posisi ini pun harus steril dari kepentingan politik dan ikatan premordial serta semua kepentingan politik. Sehingga diharapkan Kemendikbud Ristek benar-benar bisa mewujudkan harapan masyarakat untuk menciptakan manusia cerdas. Selain profesional yang punya kompetensi dan rekam jejak panjang dibidang ini diperlukan posisi wakil menteri lah," tambahnya.
Kalaupun Nadiem Makarim masih dipertahankan sebagai Mendikbud, Karyono berpendapat perlu ada sosok wakil menteri menemani mantan bos Gojek itu. Sebab, kata Karyono, kebudayaan dan riset teknologi sama-sama memerlukan perhatian khusus.
"Kalaupun Nadiem dipertahankan, kan dia dari profesional maka perlu ada wakil menteri. Kalau bisa jangan hanya satu wamennya, bisa dua Dikbud dan Ristek. Karena kebudayaan itu juga membutuhkan perhatian serius dari negara ditengah penetrasi budaya luar yang masuk ke semua lini khususnya pendidikan. Maka kebudayaan penting, perlu ada in-line dunia pendidikan supaya semua berjalan baik fokus perlu ada pembidangan tersendiri," bebernya.
"Walaupun secara kementerian dilebur jadi satu tapi setidaknya harus ada wamen (wakil menteri, red) yang punya tupoksi bidang budaya dan riset teknologi," katanya menambahkan.
Karyono mengakui, sebagai menteri muda Nadiem memiliki banyak gagasan baru. Akan tetapi, jika harus memimpin Kemendikbud Ristek, Nadiem pasti akan 'keteteran'.
"Saya sih setuju Nadiem Makarim punya gagasan inovasi baru tapi jam terbangnya dia masih belum cukup, pengalaman dia di dunia pendidikan kurang memadai sehingga menurut saya perlu ada proses learning by doing. Dia bagus tapi kalau ditugasi sebagai menteri pendidikan kebudayaan dan ristek, masih belum mampu, itu terlalu berat," papar Karyono.
Dia pun mengusulkan, jika Nadiem masih bertahan di kabinet maka lebih cocok menjadi wakil menteri di Kemendikbud Ristek. Sementara, menterinya diambil dari kalangan yang sudah berpengalaman.
"Kan enggak masalah dia (Nadiem, red) wamen, yang penting untuk bangsa dan negara. Kita butuh inovasi menghadapi revolusi industri 4.0, perlu ada terobosan yang antimainstream yang kadang-kadang diperlukan orang seperti Nadiem," tandas Karyono Wibowo.