Cerita Nelayan yang Rugi Besar Karena Ada Pagar Laut di Pesisir Kabupaten Tangerang
TANGERANG - Heru selaku nelayan di Pulau Cangkir, Kronjo, Kabupaten Tangerang mengalami kerugian besar baik alat-alatnya yang hilang hingga jumlah tangkapan yang berkurang.
Ia menjelaskan saat bermunculan pagar laut yang terbuat dari bambu ini, dirinya kesulitan untuk mencari ikan. Sebab, saat melebarkan joran, terkadang alatnya kerap tersangkut dengan pagar tersebut.
Diketahui Pagar Misterius terbentang dari Teluknaga hingga Kronjo, Kabupaten Tangerang. Panjang diperkirakan mencapai 30,16 Km. Hal ini pun menganggu aktivitas nelayan yang mencari ikan di pinggir pantai.
“Perjalananya kan belok-belok, kan pasti itu agak sulit Agak sulit. Jorannya nyangkut-nyangkut. Terus ikan yang biasa 10 Kg, terus jadi 2 kg ikan,” kata Heru saat ditemui di Kampung Nelayan, Pulau Cangkir, Kronjo, Kabupaten Tangerang, Jumat, 10 Januari, pagi hari.
Terlebih bahan bakar untuk kapal yang biasanya hanya 10 liter, kini menjadi 20 liter. Lantaran jalannya yang berbelok-belok sehingga memakan waktu lebih lama.
“Biasanya 10 liter, sekarang jadi 20 liter. Jadi pada rugi gak ada yang mau berangkat soalnya buang-buang biaya beli solar Beli,” ucapnya.
Baca juga:
Kemudian untuk pembekalan saat mencari ikan. Alhasil banyak nelayan yang memilih untuk tidak mencari ikan terlebih dahulu.
“Terus pembekalan Pulang-pulang rugi, jadinya gak bisa bayar utang, Gak bisa bayar warung. Jadi sekarnag mendingan ngojek. Pokoknya buat nyanbung hidup,”ucapnya.
Tak hanya itu, ia juga mengungkapkan soal perangkap-perangkap ikan yang dibuatnya menjadi hilang. Diperkirakan mencapai 100 bubu atau perangkap ikan.
“Bubu saya nyangkut di pagar. Terus diliat ilang. Ada 100 bubu lah punya saya. terus kalau dikali 25 ribu, jadinya Rp2,5 juta saya rugi,"ujarnya.
Ia menyebut bila pendapatannya ekonominya sangat berpengaruh. Karena baginya yang merupakan pinggir laut, akan kesulitan mencari ikan.
“Yang enggak dirugikan itu nelayan bulanan atau mingguan. Karena dia jarak tepunya jauh Tengah kesana pulang ya kan bawa ikan Nah sementara disini kan nelayan tradisional kan, Jadi banyak yang jalan. Kapal kita kecil-kecil, ngeri kalau ke tengah lauh,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah daerah atau pusat dapat mencarikan solusi terkait pagar-pagar di tengah laut ini.
“Harapannya bisa kembali seperti semula,” tutupnya.