Mengenal Sindrom Karakter Utama, Ini Dampak Psikologis Bagi Anak-Anak dan Remaja
YOGYAKARTA – Sindrom karakter utama, dikenali dengan segera ketika seorang anak berperilaku dramatis dan kerap mencari-cari validasi serta caper, terutama secara daring. Menurut psikolog anak Caitlin Slavens, MC., sindrom ini sebenarnya bukan istilah klinis. Tetapi sebutan dengan frasa “karakter utama” menggambarkan saat seseorang bertindak seperti bintang film dan orang lain hanyalah pemeran pendukung.
Pada dasarnya sindrom karakter utama tidak buruk, kata Slavens dilansir Parents, Kamis, 9 Januari. Bagi remaja, normal apabila mereka berpikiran tentang bagaimana orang lain memandang mereka. Namun hal ini bisa juga membuat anak-anak dan remaja terpisah dari kenyataan atau perasaan orang lain apabila terlalu berlebihan.
Sindrom karakter utama (Main Character Syndroma/MCS) adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pola pikir di mana indicidu memandang dirinya sebagai protagonis dalam kisah kehidupan. Terkadang, jelas pekerja klinis Shari B. Kaplan, LSCW., mengabaikan pengalaman orang lain.
"Meskipun ini mungkin merupakan bagian dari perkembangan remaja yang normal saat mereka membentuk identitas mereka. Hal ini dapat berubah menjadi wilayah yang tidak sehat ketika empati dan kesadaran terhadap orang lain berkurang. Namun, hal ini dapat dicegah, dengan jenis dukungan yang tepat di masa kanak-kanak dengan empati dan dukungan orang tua terhadap pengalaman emosi anak seperti ketakutan, kesedihan, dan rasa jijik,” jelas Kaplan.
Menurut Slavens dan Kaplan, gejala sindrom karakter utama tidak dimaksudkan sebagai diagnosis medis. Ini hanya menggambarkan perilaku anak-anak atau remaja yang menampilkan cerita berlebihan tentang pengalaman pribadi, memusaktan percakapan dan peristiwa seputar diri mereka sendiri, fokus pada penampilan dan presentasi diri, enggan atau tidak mau terlibat dalam pengalaman orang lain, kehadiran daring yang dikurasi untuk menunjukkan drama dan kesempurnaan, serta mendramatisasi atau mendistorsi kejadian-kejadian kecil secara berlebihan agar sesuai dengan “alur karakter utama”.
Sindrom karakter utama bisa bersifat main-main dan tidak berbahaya, kata Slavens. Tetapi pada titik ekstrim bisa menandai perjuangan harga diri dan koneksi yang mendalam.
“Remaja dapat dengan hati-hati mengkurasi posting, menyaring foto, dan menyusun narasi yang sempurna. Tekanan untuk menyajikan kehidupan yang ideal dapat mengaburkan batas antara kenyataan dan kinerja. Setiap like atau komentar memperkuat gagasan bahwa persona daring mereka adalah jati diri mereka yang sebenarnya, sehingga lebih sulit untuk sekadar menjadi diri sendiri,” jelas Slavens menilik fenomena media sosial yang secara praktis dirancang untuk sindrom karakter utama.
Baca juga:
Lantas apakah sindrom karakter utama berdampak pada psikologis anak-anak dan remaja? Seorang remaja mungkin bisa terjebak dalam perangkap cara pandang orang lain dalam kaitannya dengan harga diri. Jelas psikolog Brett Biller, PsyD., remaja bahkan orang dewasa menganggap informasi dan cerita yang dibagikan orang lain di media sosial mencerminkan kenyataan. Padahal, konten di dalamnya terseleksi dan dikurasi oleh pemilik akun. Termasuk mereka sebenarnya ingin orang lain melihat, mendengar, dan mempercayai seluruh “kenyataan” di media sosial.
Inilah yang bikin masalah, karena membuat remaja kelelahan secara emosional dan terputus dengan jati diri mereka yang sebenarnya. Terutama bila mereka mengunggah konten yang menggambarkan sindrom karakter utama. Karakter ini dianggap sebagai otoritas yang tidak dikira akan berdampak. Dengan menciptakan karakter utama, seseorang bisa kurang percaya diri dan dipengaruhi narsisme. Mereka juga mengadopsi realitas yang selektif digambarkan di media sosial.
Dampak pada psikologis, dapat mengakibatkan tekanan karena tidak yakin harapannya bisa diwujudkan. Dampaknya secara sosial, mereka merasa diremehkan atau diabaikan ketika berinteraksi di dunia nyata. Tidak selalu negatif, kata Slavens. Sindrom karakter utama juga ada positifnya. Pada tingkat tertentu, membantu anak-anak terdorong kepercayaan dirinya, punya ambisi, dan yakin bahwa hidup layak dirayakan. Anak-anak dan remaja berani mengambil risiko untuk mencoba hal-hal baru. Tetapi semua harus dilakukan seimbang. Anak-anak dan remaja tetap bisa menjadi karakter utama dalam hidupnya tanpa mengabaikan orang lain. Penting juga anak-anak dan remaja memiliki komunitas untuk membangun kehidupan sosial yang sehat.