Mengenal Nguyen Phu Trong: Arsitek Gerakan Antikorupsi Vietnam yang Ditakuti Pejabat Korup

JAKARTA - Vietnam sempat dikenal sebagai rumah 'aman' para koruptor. Sistem satu partai jadi muaranya. Partai Komunis Vietnam yang satu-satunya berkuasa tak punya saingan. Laju pejabat korup jadi tak terkontrol. Namun, semuanya berubah kala Nguyen Phu Trong jadi Sekjen Partai Komunis.

Ia jadi arsitek besar gerakan antikorupsi Vietnam. Koruptor takut padanya. Gaya andalannya ialah meminta pejabat memilih dua hal: mengundurkan diri atau Partai Komunis bergerak mempermalukan koruptor.

Narasi korupsi bisa hilang dari Vietnam sempat dianggap sebagai keajaiban dunia. Tiada yang pernah berpikir urusan korupsi bisa musnah. Ketidakpercayaan itu setara dengan orang Indonesia yang menginginkan negaranya bebas dari korupsi. Banyak orang menganggap hal itu mustahil.

Belakangan korupsi yang menggerogoti Vietnam mulai masuk tahap mengkhawatirkan pada era 2010-an. Atasan hingga bawahan mulai melakukan praktek tilap duit rakyat. Beberapa orang merasa kondisi di Vietnam tak boleh dibiarkan.

Bisa-bisa pergerakan ekonomi negara jadi melambat. Kritik itu nyaris tak terdengar di telinga penguasa. Masalah muncul. Tiada yang berani mengungkap betapa korupnya pejabat. Alhasil, kesadaran pemberantasan korupsi muncul dari dalam petinggi Partai Komunis sendiri: Nguyen Phu Trong.

Nguyen Phu Trong, Sekjen Partai Komunis Vietnam 2011-2024 yang disegani karena sikapnya yang sangat antikorupsi. (Wikimedia Commons)

Trong bukan orang baru dalam peta politik Vietnam. Ia sudah jadi kader Partai Komunis sejak usia 23 tahun pada 1967. Ragam jabatan pernah dirasakannya. Namun, Trong berbeda daripada politikus lainnya. Tindak-tanduk politiknya lurus. Alias, ia tumbuh jadi sosok yang tak bisa disetir.

Ia menyebut jalan antikorupsi sebagai kehidupan terhormat. Ia pernah menjabat Kepala Dewan Teori Partai Komunis pada 1997. Jabatannya adalah menjaga kemurnian ideologi partai. Ia terus melangkah jadi Sekretaris Komite Partai Komunis pada 2000.

Puncaknya ia terpilih sebagai sekjen Partai Komunis pada 2011. Kiprahnya sebagai petinggi partai justru dari kata gemerlap. Ia enggan mengambil hal yang bukan haknya. ia pun hidup secara sederhana saja. Bukan hidup mewah ala pejabat.

“Dikenal dengan gaya hidup sederhana, ia tinggal bersama istrinya, Ngo Thi Man, seorang pensiunan polisi, di sebuah flat seluas 25 meter persegi di Hanoi. Setelah menjadi ketua partai, ia pindah ke kompleks yang dibangun pemerintah, tetapi tetap mempertahankan mobil Toyota Crown lamanya,” ujar Giang Nguyen dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Nguyen Phu Trong Obituary (2024).

Arsitek Antikorupsi Vietnam

Keseharian Trong jadi petinggi Partai Komunis membuat pejabat korupsi keluar keringat dingin. Trong tak bisa dibelokkan. Ia tegak lurus kepada tujuannya untuk memberantas korupsi dan memurnikan Partai Komunis dari pejabat bobrok.

Ia kemudian jadi arsitek gerakan antikorupsi besar-besaran Vietnam yang dinamakan Tungku Pembakar. Tiada pejabat yang bisa bebas dari aksinya. Ia bisa menindak banyak koruptor. Apalagi, kala Trong yang notabene Sekjen Partai Komunis naik jadi Presiden Vietnam era 2018-2021.

Barang siapa yang korupsi, niscaya takkan dilepasnya. Namun, Trong punya siasat. Pejabat korup tak langsung dipermalukan. Mereka yang korup disediakannya dua opsi. Pertama, pejabat diminta mengundurkan diri dan akan dihukum ringan. Kedua, mereka yang tak mengakui kemudian kedapatan korupsi akan mendapatkan hukum berat dan dipermalukan –sebagaimana hukuman di negara komunis.

Trong pun orang yang memegang omongan. Opsi itu membuat bejibun pejabat negara mengundurkan diri karena korupsi. Tahun-tahun berikutnya jumlah pejabat partai dan pemerintah yang mengaku korup kian bertambah. Bahkan, mencapai 200 ribu orang.

Pejabat korup itu didisiplinkan, dikeluarkan, dan ada pula yang didakwa dengan tindak pidana. Tindakan itu dilakukan Trong dengan sebuah pengadaian indah: memotong cabang yang dimakan ulat untuk menyelamatkan seluruh pohon.

Pejabat korup yang kena jaring-jaring antikorupsi Phu Trong tak hanya level menteri saja.  Dua Presiden Vietnam --Nguyen Xuan Phúc dan Vo Van Thuong mundur dari jabatannya karena tuduhan korupsi. Rakyat Vietnam pun mendukung penuh Trong. Namun, Trong telah meninggal dunia pada Juli 2024. Rakyat Vietnam pun berharap pengganti Nguyen Phu Trong ikut melawan koruptor.

“Sejak Trong memulai kampanye antikorupsi ‘tungku pembakar’ pada tahun 2016, tak terhitung banyaknya pejabat yang dipecat, diberhentikan dari partai, atau dipenjara karena korupsi. Misalnya, Menteri Kesehatan saat itu, Nguyen Thanh Long dan duta besar Vu Hong Nam, secara resmi dipecat tahun lalu karena tindakan korupnya seputar respons pandemi COVID-19 di negara tersebut.”

“Beberapa pakar berpendapat bahwa partai tersebut kini ingin menciptakan ‘budaya pengunduran diri,’ sehingga para pejabat yang tidak bertanggung jawab dapat mengambil tindakan sebelum mereka harus disingkirkan. Trong menyarankan agar mereka yang mengundurkan diri diberikan hukuman lebih ringan. Trong berpendapat tidak baik jika semuanya dihukum berat, atau dicopot dari jabatannya,” terang David Hutt dalam tulisannya di laman The Diplomat berjudul Vietnam’s Anti-Corruption Drive Can Never Go Far Enough (2023).