Kremlin Sebut Moskow Prioritaskan Operasi Militer Khusus, Rusia Tidak akan Buat Konsesi Soal Ukraina

JAKARTA - Rusia fokus pada operasi militer khusus alih-alih Suriah, tidak akan membuat konsesi terkait konfliknya dengan Ukraina, kata dua pejabat senior Moskow.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia fokus pada operasi militer khusus di Ukraina yang menjadi prioritas seperti arahan Presiden Vladimir Putin.

Rusia tidak memusingkan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah, seiring dengan tumbangnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Suriah yang merupakan salah satu sekutu Moskow.

Peskov mengatakan, Rusia mempertahankan kontak dengan semua negara di kawasan tersebut dan akan terus melakukannya.

"Anda tentu tahu bahwa kami sedang berhubungan dengan mereka yang saat ini mengendalikan situasi di Suriah," kata Peskov kepada wartawan, dilansir dari Reuters 11 Desember.

Lebih lanjut Peskov mengatakan, prioritas Moskow adalah perang di Ukraina, yang oleh Presiden Vladimir Putin disebut sebagai "operasi militer khusus".

"Operasi militer khusus adalah prioritas mutlak bagi negara kami: kami harus memastikan kepentingan keamanan kami, kepentingan rakyat Rusia, dan kami akan melakukannya," urai Peskov.

Terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, Moskow tidak akan membuat konsesi terkait Ukraina, menekankan usulan Presiden Putin tentang cara mengakhir konflik harus dilakukan.

Itu dikatakan Zakharova, terkait seruan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump pada Hari Minggu, mengenai gencatan senjata segera dan negosiasi antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri "kegilaan."

Zakharova mengatakan Rusia siap untuk terlibat dengan pemerintahan baru AS terkait Ukraina, tetapi belum menerima opsi yang serius dan dapat dilaksanakan untuk mengatasi apa yang menurutnya merupakan masalah keamanan Rusia yang sah dan kekhawatiran tentang hak-hak penduduk Ukraina yang berbahasa Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menanggapi komentar Trump dengan mengatakan Kyiv membutuhkan jaminan keamanan yang efektif.

Namun Zakharova mengatakan, siapa pun yang mengira Rusia akan membuat konsesi terkait Ukraina keliru.

"Pertama, Rusia bertindak. Kedua, jika seseorang mengharapkan Rusia untuk membuat semacam konsesi, tampaknya orang-orang ini memiliki ingatan yang pendek dan pengetahuan yang tidak memadai tentang masalah tersebut," jelasnya.

Usulan Presiden Putin mengenai perdamaian perlu dilaksanakan, katanya.

Usulan perdamaian dimaksud yakni, Ukraina Ukraina tidak boleh bergabung dengan NATO. Kemudian, pengakuan empat wilayah Ukraina yang kini dikatakan telah menjadi bagian dari Rusia.

Diketahui, Rusia bersama Iran diketahui mendukung Pemerintah Bashar al-Assad ketika perang saudara di Suriah pecah tahun 2011.

Jauh sebelunya, Moskow telah mendukung Suriah sejak awal Perang Dingin, mengakui kemerdekaannya pada tahun 1944 saat Damaskus berusaha melepaskan diri dari kekuasaan kolonial Prancis. Sedangkan Barat melihat Suriah sebagai satelit Soviet.

Kelompok pemberontak Suriah melancarkan serangan besar-besaran di sejumlah wilayah Suriah pada akhir November, sebelum menguasai ibu kota pada akhir pekan, menandai tumbangnya pemerintahan Presiden Assad.