Geng Haiti Lakukan Pembantaian Akhir Pekan, PBB Sebut Korban Tewas Tahun Ini Mencapai 5.000 Orang
JAKARTA - Korban tewas akibat kekerasan di Haiti bertambah jadi 5.000 orang sepanjang tahun ini, saat PBB prihatin dengan pembantaian yang terjadi di kawasan kumuh negara itu pada akhir pekan lalu.
Jaringan Pembela Hak Asasi Manusia Nasional (RNDDH) mengatakan pada Hari Minggu, sedikitnya 110 orang tewas selama akhir pekan di daerah kumuh Cite Soleil, Haiti, saat seorang pemimpin geng menargetkan orang tua yang ia curigai menyebabkan penyakit anaknya melalui ilmu sihir.
Pemimpin geng Wharf Jeremie, Monel "Mikano" Felix memerintahkan pembantaian setelah anaknya jatuh sakit, kata RNDDH, dengan mengatakan ia meminta nasihat dari seorang pendeta Voodoo yang menuduh orang tua di daerah tersebut menyakiti anak anaknya melalui ilmu sihir.
Kantor Perdana Menteri Haiti mengatakan jumlah korban tewas menjadi sekitar 180 orang, memastikan pemerintah akan memburu mereka yang bertanggung jawab atas peristiwa yang korbanya mayoritas orang tua.
Sementara itu, Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, mengatakan jumlah kematian akhir pekan tersebut sedikitnya 184, termasuk 127 orang lanjut usia.
"Sekretaris Jenderal menegaskan kembali seruannya yang mendesak kepada Negara Anggota untuk memberikan misi Dukungan Keamanan Multinasional dukungan finansial dan logistik yang dibutuhkan untuk membantu Kepolisian Nasional Haiti dengan sukses," katanya, dikutip dari Reuters 10 Desember.
"Sekretaris Jenderal menghimbau pihak berwenang Haiti untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan memastikan bahwa para pelaku pelanggaran hak asasi manusia ini dan semua pelanggaran lainnya diadili," jelasnya.
Seorang juru bicara keamanan Gedung Putih menyuarakan seruan untuk dukungan internasional yang mendesak bagi misi dukungan keamanan multinasional dan mengatakan Amerika Serikat "terkejut."
Dujarric juga menyerukan percepatan transisi politik di Haiti. Pemerintah transisi Haiti mengatakan pihaknya berencana untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang telah lama ditunggu-tunggu pada tahun 2025, asalkan ada keamanan yang cukup untuk pemungutan suara yang bebas dan adil.
Baca juga:
- Pentagon Sebut AS akan Berupaya Memastikan Senjata Kimia Suriah Tidak Jatuh ke Tangan yang Salah
- Israel Bilang Pasukannya hanya Sementara di Wilayah Penyangga Suriah, AS Benarkan untuk Mengisi Kekosongan
- PBB Sebut Kehadiran Israel di Zona Penyangga Suriah Melanggar Perjanjian 1974
- Korban Tewas Pembantaian Geng Haiti Bertambah Jadi 180 Orang, Pemerintah akan Kerahkan Pasukan Keamanan
Namun, situasi keamanan terus memburuk, dan banyak negara belum memenuhi janji dukungan.
Terpisah, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk mendesak negara-negara untuk meningkatkan upaya menghentikan perdagangan senjata ke Haiti.
PBB memperkirakan persenjataan geng yang semakin modern sebagian besar diselundupkan dari Amerika Serikat.
"Pembunuhan terbaru ini membuat jumlah korban tewas tahun ini di Haiti menjadi 5.000 orang," katanya.