Pendapat Marty Friedman Terkait Musik Keras yang Begitu Diterima di Jepang

JAKARTA - Menetap dan menjalani karier musik di Jepang selama dua dekade, Marty Friedman eks gitaris Megadeth merasa musik keras begitu diterima di Jepang ketimbang di Amerika Serikat.

Dalam analisis yang disampaikan saat berbicara di Klub Koresponden Asing Jepang di Tokyo baru-baru ini, Friedman merasa ada keterkaitan yang sangat erat antara musik keras seperti hard rock dengan musik tradisional Jepang.

"Saya akan tetap pada pendapat saya bahwa musik hard rock itu berbasis gitar atau berorientasi pada gitar. Alasan mengapa orang Jepang menyukainya, karena dalam musik tradisional Jepang, suara alat musik dawai yang dimainkan dengan agresif dipetik dengan keras, shamisen dengan pick besar,” kata Friedman.

Bachi, gitar terdistorsi yang dimainkan dengan agresif, kata Friedman, adalah sesuatu yang sudah biasa didengarkan oleh kakek-nenek dan buyut orang-orang Jepang.

“Mereka sudah terbiasa dengan itu. Jadi, jika Anda mendengarkan musik orang tua atau musik tradisional, lihatlah, ada solo gitar yang terdistorsi dalam musik ini,” ujar gitaris 61 tahun itu.

"Suara terdistorsi dari shamisen, ada semacam sakelar di bagian atas pasak gitar, yang jika Anda menghidupkannya, akan menghasilkan suara yang sangat berderak dan terdistorsi. Jadi, orang Jepang sudah terbiasa dengan ini. Bagi mereka, itu sama sekali bukan suara pemberontakan,” imbuhnya.

Friedman menyebut pengalaman bermusik yang dialami di Jepang, tidak ditemukan di Amerika Serikat.

“Rock dan heavy metal adalah cara untuk membuat orang marah. Di Jepang, saya rasa itu tidak membuat siapapun marah. Jadi itu semacam pendekatan yang berbeda untuk hal yang sama. Dan saya pikir itu menarik,” katanya.

"Dan itulah jawaban saya untuk itu. Sekarang, mungkin ada penjelasan lain yang lebih baik, tetapi (penjelasan ini) berdasarkan pengalaman musik saya di Jepang,” tandasnya.