BRIN Pastikan Penyimpanan Artefak di KST Soekarno Penuhi Standar Dunia

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan penyimpanan koleksi-koleksi arkeologi atau artefak di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong, Bogor, Jawa Barat aman dan memenuhi standar global.   

"Kami harus memastikan koleksi ini tidak rusak karena faktor lingkungan seperti panas, hujan, atau kelembapan. Proses penyimpanan ini menjadi langkah awal untuk menjamin koleksi tersebut dapat bertahan hingga ratusan tahun ke depan," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko melalui gelar wicara koleksi ilmiah yang dipantau secara daring di Jakarta, Antara, Senin, 2 Desember. 

Laksana memastikan penyimpanan artefak di Gedung Koleksi Hayati di kawasan KST Soekarno aman dan sesuai standar.

Sebab, fasilitas ini telah dirancang untuk memenuhi standar global penyimpanan benda ilmiah, dengan dilengkapi sistem pengaturan suhu, kelembapan, dan perlindungan lain yang penting untuk menjaga keutuhan koleksi.  

BRIN, lanjut dia, juga merencanakan pembangunan gedung khusus untuk menyimpan koleksi ilmiah arkeologi, termasuk manuskrip kuno dan artefak budaya, yang ditargetkan mulai dibangun tahun depan.

Menurut Handoko, hal ini merupakan upaya yang dilakukan untuk dapat meyakinkan seluruh negara di dunia bahwa Indonesia mampu menyimpan dan mengelola koleksi arkeologinya.  

"Benda budaya itu adalah milik Bangsa Indonesia. Jadi, fokus kita, konsentrasi kita, utamanya adalah bagaimana negara ini memastikan benda-benda itu bisa dilestarikan," tegasnya.

Handoko menambahkan kemampuan negara dalam menyimpan dan mengelola koleksi arkeologinya menjadi salah satu pendukung dalam upaya pengembalian benda-benda arkeologi Indonesia dari museum-museum dan lembaga penelitian di luar negeri seperti Inggris dan Belanda.

"Kan lucu kalau teman-teman ini risetnya harus ke Belanda, ke Leiden, begitu misalnya. Aneh sekali, padahal itu barang-barang kita," lanjutnya.

Oleh karena itu, Handoko menekankan bahwa penyimpanan dan pengelolaan koleksi arkeologi menjadi salah satu prioritas utama yang dilakukan oleh BRIN dalam hal ini, sebab berbagai artefak tersebut bukan hanya milik Indonesia, namun juga menjadi warisan masyarakat dunia yang harus dilestarikan.

"Koleksi ini bukan hanya benda mati, tetapi menyimpan cerita dan budaya yang dapat memperkaya identitas bangsa. Dengan riset yang mendalam, koleksi ini bisa menjadi bagian penting dari budaya masyarakat," tutur Laksana Tri Handoko.