Delapan Cara agar Tak Kalah Lawan Kotak Kosong di Pilkada, Politisi Harus Tahu!

JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad menilai, fenomena kekalahan pasangan calon kepala daerah melawan kotak kosong di Pilkada 2024 adalah tamparan keras bagi politisi, terutama calon petahana atau kandidat tunggal.

Agar kejadian ini tidak terulang, Andriadi mengungkap beberapa pesan penting untuk politisi.

Pertama, politisi khususnya calon petahana harus menunjukkan kinerja nyata dengan memprioritaskan kepentingan rakyat. Yaitu fokus pada program-program konkret yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Jangan hanya mengandalkan retorika atau janji-janji politik. Selain itu, tunjukkan transparansi dan akuntabilitas dengan membuka ruang informasi yang jelas tentang capaian selama masa jabatan. Publik ingin melihat hasil nyata, bukan klaim sepihak," ujar Andriadi kepada VOI, Sabtu, 30 November.

Kedua, bangun komunikasi yang baik dengan masyarakat atau dekat dengan rakyat. Jangan hanya muncul saat masa kampanye.

"Hadirkan diri secara rutin di tengah masyarakat untuk mendengarkan langsung aspirasi dan keluhan mereka. Selain itu, gunakan media yang efektif dengan memaksimalkan media sosial, pertemuan publik, dan media tradisional untuk menjangkau berbagai lapisan masyarakat dengan pesan yang jelas dan positif," katanya.

Ketiga, hindari politik transaksional dan jangan hanya mengandalkan uang. Karena pemilih semakin cerdas dan tidak lagi mudah dipengaruhi oleh politik uang atau janji-janji material.

"Tunjukkan kualitas kepemimpinan melalui visi, program, dan rekam jejak. Serta fokus pada integritas dengan menjaga nama baik dan hindari skandal yang merusak kepercayaan masyarakat," jelasnya.

Keempat, tingkatkan kompetisi yang sehat dengan membuka ruang bagi kandidat alternatif. Serta jangan dominasi partai politik yang menciptakan calon tunggal sering kali dianggap mematikan demokrasi lokal.

"Politisi harus mendorong kompetisi yang sehat untuk menarik minat masyarakat terhadap proses politik. Selain itu, kolaborasi dengan figur lokal dengan melibatkan tokoh masyarakat, akademisi, atau profesional untuk memperkuat kredibilitas dan jaringan politik," tuturnya.

Kelima, lakukan evaluasi diri dan introspeksi dengan mempelajari kekalahan.

Jika sudah pernah kalah melawan kotak kosong atau melihat tren serupa, menurut Andriadi, gunakan evaluasi sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri dan mendesain ulang strategi politik.

"Lalu, riset masyarakat secara mendalam dengan memahami kebutuhan, harapan, dan keresahan masyarakat melalui survei atau diskusi langsung, lalu buat kebijakan yang sesuai," lanjutnya.

Keenam, jadilah pemimpin yang inklusif dengan melibatkan semua kalangan dan jangan hanya fokus pada kelompok pendukung atau basis politik tertentu.

Rangkul semua elemen masyarakat, termasuk yang memiliki pandangan berbeda.

"Selain itu, fokus pada keberagaman program dengan merancang program pembangunan yang menyentuh berbagai sektor, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, untuk memastikan manfaat dirasakan secara merata," katanya.

Ketujuh, tingkatkan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik dengan merekrut kandidat yang berkualitas.

Di partai harus lebih selektif dalam mengusung calon, memilih individu dengan rekam jejak, kompetensi, dan integritas yang kuat.

"Lalu, kurangi politik oligarki dan jangan hanya mengusung calon dari lingkaran elit. Berikan kesempatan kepada kader muda atau figur independen yang mampu menarik simpati rakyat," ucapnya.

Kedelapan, jadilah pemimpin visioner dengan punya gagasan yang jelas, di mana pemilih mencari pemimpin dengan visi jangka panjang yang relevan dengan kondisi daerah. Jangan hanya fokus pada proyek populis yang bersifat jangka pendek.

"Selanjutnya, sampaikan narasi positif dan jangan mengandalkan kampanye negatif terhadap lawan politik. Sampaikan narasi yang membangun, solutif, dan inspiratif," pungkasnya.