Bagikan:

JAKARTA - Fenomena kemenangan kotak kosong di Pilkada Pangkalpinang 2024 menjadi sorotan. Dalam hitung cepat kotak kosong unggul dengan raihan suara mencapai 60 persen, melawan calon tunggal yang diusung PDIP, Maulan Aklil-Masagus M Hakim. 

Melihat fenomena ini, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Andriadi Achmad menilai kemenangan kotak kosong menjadi peringatan bagi para politisi. Sebab menurutnya, masyarakat seperti bosan dengan janji-janji yang tak ditepati. 

"Ini juga mencerminkan harapan masyarakat yang besar akan perubahan," ujar Andriadi kepada VOI, Sabtu, 30 November.  

Andriadi menilai, kemenangan kotak kosong adalah cara rakyat menyuarakan protes sembari menuntut pemimpin yang lebih kredibel dan inklusif. Kemenangan kotak kosong, kata dia, bukan sekadar anomali, tetapi cerminan nyata dari dinamika politik lokal. 

"Ini menjadi peringatan bagi para politisi," kata Andriadi. Ia pun menyarankan para politisi agar menjaga kepercayaan masyarakat, karena kepercayaan masyarakat adalah aset. 

"Kedua, masyarakat menginginkan alternatif yang berkualitas, bukan dominasi politik satu kubu," katanya. 

Ketiga, tambah Andriadi, kandidat masa depan harus lebih responsif terhadap aspirasi rakyat. "Dengan fenomena ini, partai politik dan para calon harus introspektif dan mengambil langkah konkret untuk memperbaiki hubungan mereka dengan masyarakat," pungkasnya. 

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada, kemenangan kotak kosong dalam melawan calon tunggal mengharuskan daerah terkait untuk menyelenggarakan Pilkada ulang. 

Pilkada ulang dijadwalkan tahun berikutnya, dan memberikan kesempatan untuk menghadirkan kandidat baru yang lebih representatif.

Namun fenomena kemenangan kotak kosong ini bukanlah yang pertama kalinya. Kemenangan kotak kosong dalam Pemilihan Wali Kota Makassar 2018 mengejutkan dunia politik Indonesia. Pasangan Munafri Arifuddin dan Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu), satu-satunya pasangan calon, kalah dari suara kotak kosong dengan selisih 36.898 suara.

Kehadiran kotak kosong terjadi setelah Mahkamah Agung (MA) mencoret pasangan petahana Mohammad Ramdhan "Danny" Pomanto dan Indira Mulyasari (DIAmi) dari pencalonan, karena dianggap melakukan kampanye terselubung menggunakan jabatan. Akibatnya, Pilwalkot hanya diikuti Appi-Cicu.

Saat hasil perhitungan diumumkan, kotak kosong meraih 300.969 suara, sementara Appi-Cicu hanya memperoleh 264.071 suara. Situasi ini memicu drama politik, termasuk klaim kemenangan oleh kedua kubu. Appi bahkan sempat mendeklarasikan kemenangannya sebelum hasil resmi keluar.

Fenomena kotak kosong ini dianggap sebagai "hukuman" rakyat terhadap elite politik.  Kemenangan kotak kosong juga memicu perdebatan antara Partai Gerindra dan kubu Jusuf Kalla (JK). Gerindra menuding kekalahan Appi terkait dengan kedekatannya dengan JK, sementara kubu JK menilai hasil ini sebagai cermin kinerja partai pengusung Appi-Cicu yang perlu evaluasi.

Sengketa hasil pemilihan sempat dibawa ke Mahkamah Konstitusi (MK), tetapi suara kotak kosong tetap dinyatakan sah dan menjadi pemenang resmi.