DPR Dorong Peningkatan Kesejahteraan Guru: Agar Tak Ada Lagi yang Berutang

JAKARTA - Di peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2024, Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal menekankan pentingnya kesejahteraan para guru di Indonesia. Ia mendorong Pemerintah untuk memprioritaskan hal tersebut karena guru merupakan pilar utama dalam pembangunan bangsa.

"Selamat Hari Guru! Kita harus menegaskan bahwa guru bukan hanya sekadar pengajar, tetapi juga merupakan pilar utama dalam pembangunan bangsa. Sudah seharusnya kesejahteraan para guru menjadi prioritas utama, termasuk guru-guru honorer,” kata Cucun, Senin 25 November.

Cucun menjelaskan guru adalah elemen fundamental dalam menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan di Indonesia.

“Kesejahteraan guru bukan hanya sekadar gaji semata, tapi juga bagaimana hak-hak dasar lainnya juga dapat terpenuhi sehingga guru juga bisa menopang kehidupan keluarganya,” tegas Legislator dari Dapil Jawa Barat II ini.

"Kesejahteraan guru meliputi hak-hak dasar mereka seperti gaji yang layak, jaminan kesehatan, fasilitas pendidikan yang mendukung, sampai dengan jaminan hari tua untuk mereka,” lanjut Cucun.

Cucun menyoroti bagaimana masih banyaknya masalah kesejahteraan guru yang dihadapi Indonesia. Lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) mengungkap bahwa 1 dari 50 guru honorer di Indonesia memiliki penghasilan di bawah 500 ribu dan kurang lebih 13 persen guru memiliki penghasilan di bawah 500 ribu.

Survei Ideas juga menunjukkan 89 persen guru menyatakan pendapatannya kurang, dan 79 persen guru mengaku memiliki utang, serta 58 persen punya pekerjaan sampingan. Sementara menurut survei yang dilakukan NoLimit Indonesia pada 2021, sebanyak 42% masyarakat yang terjerat pinjol ilegal adalah guru.

Cucun menegaskan komitmen DPR untuk meningkatkan kesejahteraan guru lewat fungsi dan kewenangan dewan.

"Kami akan memperjuangkan anggaran pendidikan yang lebih besar dalam setiap pembahasan anggaran negara serta melalui fungsi legislasi dan pengwasan kami. Tinggal bagaimana komitmen Pemerintah menterjemahkannya dalam program-program untuk meningkatkan kesejahteraan guru,” paparnya.

Cucun mengatakan kesejahteraan guru harus menjadi bagian dari agenda nasional demi mendukung terciptanya sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Sebagai pencetak SDM bangsa, guru perlu mendapat porsi perhatian lebih dari Negara.

“Karena saat guru memiliki kesejahteraan yang baik, mereka dapat hidup dengan layak dan bahagia. Ketika guru tercukupi kebutuhannya, motivasi mereka dalam mendidik anak-anak juga akan tinggi sehingga kita bisa menghasilkan bibit-bibit unggul harapan masa depan bangsa,” sebut Cucun.

Pimpinan DPR koordinator bidang kesejahteraan masyarakar (Kesra) ini pun mengingatkan amanat konstitusi tentang tugas Negara dalam menjamin layanan dan fasilitas pendidikan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan Negara, menurut Cucun, adalah dengan menjamin kesejahteraan guru.

“Harapan kita adalah guru sebagai pahlawan pendidikan bisa hidup dengan sepantasnya. Sehingga tidak ada lagi guru yang berutang, atau guru yang harus bekerja sampingan sebagai pemulung,” tuturnya.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu viral di media sosial seorang guru bernama Alvi yang memiliki pekerjaan sampingan dengan memulung barang bekas. Guru Alvi terpaksa memulung karena penghasilannya sebagai guru honorer selama puluhan tahun tak bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Lebih lanjut, Cucun mengingatkan pentingnya program pendampingan dan pelatihan untuk guru agar mereka dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya. Dengan demikian, kemampuannya dalam mendidik murid-murid dapat terus berkembang.

"Kami mendorong pemerintah untuk menciptakan pelatihan berkala yang dapat memberikan guru kesempatan untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan dalam dunia pendidikan sehingga guru juga bisa tanggap dengan kemajuan zaman,” ucap Cucun.

Dalam laporan Programme for International Student Assessment (PISA) yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2018 disebutkan bahwa mayoritas siswa di negara OECD memiliki mindset berkembang. Hasil kuisioner dalam angket mereka pun menyatakan tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan ‘Kecerdasan seseorang merupakan sesuatu yang tidak dapat diubah’.

Sedangkan di Indonesia diketahui hanya 29% anak-anak yang memiliki growth mindset. Sebagian besar atau sebanyak 71% masih menganggap bahwa kecerdasannya tak bisa diubah. Sehingga dalam hal ini guru perlu memberikan metode pembelajaran dan pengetahuan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan para pelajar.

"Guru yang terus belajar adalah guru yang bisa membawa perubahan positif bagi siswa. Kami meminta pemerintah bekerjasama dengan stakeholder di sektor pendidikan untuk mendukung peningkatan kapasitas guru," terang Cucun.

Cucun juga mendorong Pemerintah memastikan kebijakan yang dibuat terkait pendidikan benar-benar efektif dijalankan.

“Pemerintah dan semua unsur pendidikan harus satu suara pada setiap kebijakan yang diambil agar tidak ada halangan terhadap proses pembangunan bangsa melalui pendidikan generasi muda kita,” ungkapnya.

Sejalan dengan Tema HGN 2024 ‘Guru Hebat, Indonesia Kuat’, Cucun pun berharap semua guru Indonesia dapat menjadi pendidik berkualitas. Guru diharapkan bekerja dengan integritas dan etos kerja tinggi, serta terus menjunjung etika dalam menjalankan tugasnya.

“Kepada gurulah kita dapat menitipkan harapan pendidikan dan perkembangan akademis serta karakter anak,” ucap Cucun.

“Bekerja sama dengan orangtua, Pemerintah, DPR dan pihak-pihak terkait lainnya, saya yakin guru yang baik akan melahirkan generasi cerdas dan berkualitas untuk masa depan bangsa," pungkasnya.