Bambang Brodjonegoro: Peningkatan Produktivitas jadi Salah Satu Syarat Menuju Indonesia Emas 2045
JAKARTA - Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan salah satu syarat menuju Indonesia Emas 2045 adalah dengan meningkatkan produktivitas masyarakat.
Mengingat, Visi Indonesia Emas 2045 bertujuan menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia.
Dalam laporan McKinsey, Indonesia diperkirakan akan menjadi ekonomi terbesar ketujuh dunia pada 2030 dengan menggunakan pengukuran Produk Domestik Bruto (PDB) yang naik dari posisi ke-16 pada saat ini.
"Untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, Indonesia perlu meningkatkan pertumbuhan produktivitas menjadi 4,6 persen per tahun atau 60 persen lebih tinggi dari dekade sebelumnya," ujar Bambang dalam sambutannya di acara Wisuda ke-17 STIE Indonesia Banking School (IBS) di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Sabtu, 23 November.
Mantan Menteri Keuangan ini tak menampik bahwa saat ini tingkat produktivitas masyarakat Indonesia masih rendah jika dibandingkan negara yang berhasil keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
Bambang menjelaskan, berdasarkan data Total Factor Productivity (TFP), tingkat produktivitas Indonesia selama 2005-2019 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,66.
"Capaian ini relatif tertinggal dibandingkan misalnya Korea Selatan
yang mampu mencapai 1,61 ketika masih berada dalam proses menuju negara maju pada periode 1971-1995 serta Tiongkok yang mencapai 1,60 pada kurun waktu hampir sama," kata dia.
Menurut Bambang, produktivitas yang rendah ini juga berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung melambat.
Pasalnya, selama periode 2005-2010, ekonomi Indonesia mampu tumbuh rata-rata sebesar 5,7 persen. Namun, pertumbuhan tersebut melambat menjadi rata-rata 4,7 persen pada periode 2010-2015.
Lalu pada 2015-2019, pertumbuhan ekonomi RI kembali meningkat ke rata-rata 5 persen dan mencapai 5,3 persen pada 2022.
"Produktivitas yang rendah telah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia. Pandemi COVID-19 pada 2020 juga mempercepat penurunan ini dengan pertumbuhan ekonomi potensial jatuh di bawah 5 persen," pungkasnya.