JAKARTA - Tingkat produktivitas masyarakat Indonesia diakui masih rendah. Hal itu pun menjadi salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi RI cenderung melambat.
Hal ini disampaikan Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro dalam sambutannya di acara Wisuda ke-17 STIE Indonesia Banking School (IBS) di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Sabtu, 23 November.
"Harus diakui bahwa tingkat produktivitas Indonesia masih rendah jika dibandingkan negara yang berhasil keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap," ujarnya.
Mantan Menteri Keuangan ini bilang, berdasarkan data Total Factor Productivity (TFP), Indonesia selama 2005-2019 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,66.
Dia menyebut, capaian ini bahkan relatif tertinggal bila dibandingkan Korea Selatan yang mampu mencapai angka 1,61 ketika masih berada dalam proses menuju negara maju pada periode 1971-1995.
BACA JUGA:
Kemudian, nilai capaian produktivitas RI pun tertinggal cukup jauh dari Tiongkok yang mencapai angka 1,60 pada kurun waktu yang hampir sama.
"Produktivitas yang rendah ini juga berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung melambat," katanya.
Bambang menjelaskan, selama periode 2005-2010, ekonomi RI mampu tumbuh rata-rata sebesar 5,7 persen. Namun, kata dia, pertumbuhan tersebut melambat menjadi rata-rata 4,7 persen pada periode 2010-2015.
Lalu, pada periode 2015-2019, pertumbuhan ekonomi RI kembali meningkat ke rata-rata 5 persen dan mencapai 5,3 persen pada 2022.
"Produktivitas yang rendah telah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia," tuturnya.