Bagikan:

JAKARTA - Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Wahyu Utomo mengatakan percepatan transformasi ekonomi menjadi modal untuk mencapai Visi Indonesia Maju 2045.

"Salah satu syarat untuk menuju Indonesia maju adalah keluar dari middle income trap, caranya adalah mempercepat transformasi ekonomi," kata Wahyu dalam acara bincang virtual Bedah Rancangan APBN 2024 di Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis 21 September.

Untuk mencapai Visi Indonesia Maju 2045, diperlukan rata-rata pertumbuhan ekonomi lebih dari 6-7 persen. Pada 2045, Pendapatan Nasional Bruto (GNI) per kapita Indonesia ditargetkan lebih dari 25.000 dolar AS. Oleh karenanya, perlu transformasi ekonomi.

Transformasi ekonomi berarti mengubah dari produktivitas rendah menjadi produktivitas tinggi, dari aktivitas ekonomi yang bernilai tambah rendah menjadi aktivitas ekonomi yang bernilai tambah tinggi, mewujudkan pengelolaan lingkungan menjadi lebih ramah lingkungan dan bersih, dan mengubah basis ekonomi dari narrow menjadi board-based dan inklusif.

Untuk itu, terdapat strategi jangka pendek dan menengah-panjang untuk mewujudkan transformasi ekonomi. Strategi jangka pendek bertujuan untuk memperkuat pondasi agar Indonesia mempunyai bantalan yang kuat untuk melompat. Sementara untuk jangka menengah-panjang, harus ada lompatan atau terobosan untuk transformasi ekonomi.

Dalam strategi jangka pendek, salah satu fokusnya adalah mengendalikan inflasi karena dengan terkendalinya inflasi maka stabilitas ekonomi bisa dijaga. Strategi tersebut juga meliputi antara lain penghapusan kemiskinan ekstrem, penurunan prevalensi stunting dan peningkatan investasi melalui berbagai instrumen fiskal dan regulasi, dan simplifikasi regulasi.

Untuk strategi jangka menengah-panjang, salah satu fokusnya adalah untuk memperkuat sumber daya manusia (SDM) menjadi unggul melalui pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosial untuk menciptakan SDM inovatif, produktif dan sejahtera.

"Kenapa penting SDM yang unggul tadi? Karena SDM itu faktor dinamisatornya yang bisa mengubah untuk kita bertransformasi," ujar Wahyu.

Strategi tersebut juga termasuk penguatan infrastruktur dan reformasi institusional termasuk reformasi regulasi dan birokrasi. Infrastruktur berperan sebagai akselerator yang mempercepat ekonomi seperti infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi serta konektivitas untuk memperlancar mobilitas.

Sementara itu, ekonom yang juga Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah mengatakan untuk mencapai Visi Indonesia Maju 2045 diperlukan pertumbuhan ekonomi yang melampaui lima persenan.

"Semua potensi kita mendukung untuk kita bisa mencapai Indonesia emas tahun 2045 tapi kalau kita terus tumbuhnya dengan lima persen, Insyaallah kita tidak akan sampai," ujarnya.

Hal itu dikarenakan perlu lompatan dan upaya luar biasa untuk bisa mencapai visi tersebut antara lain harus menaikkan pendapatan per kapita lebih dari tiga kali lipat.

"Kita melompat ke yang lebih tinggi itu jauh upaya kita extra effort kita harus luar biasa. Untuk itu kalau kita tuh hanya lima persen, itu tidak mungkin kita mencapainya," ujarnya.