Bentrok Protes Pemilu Georgia, 16 Orang Ditahan

JAKARTA - Polisi Georgia menahan 16 orang di ibu kota Tbilisi setelah bentrok dengan pengunjuk rasa yang menentang hasil pemilihan parlemen bulan lalu.

Video menunjukkan polisi ‘membanting’ beberapa pengunjuk rasa ke jalan dan menyeret mereka ke trotoar. Beberapa petugas menembakkan semprotan merica dari jarak dekat.

Kantor berita Georgia Interpress mengatakan 16 orang ditahan dan tiga orang telah dibebaskan.

Para pengunjuk rasa di negara Kaukasus Selatan melakukan beberapa kali unjuk rasa  sejak pemilu 26 Oktober, di mana partai berkuasa Georgian Dream meraih masa jabatan keempat.

Para pemimpin tiga dari empat partai oposisi yang memenangkan kursi menyerukan protes setiap hari untuk mencegah sidang baru parlemen dibuka pada November.

Para penentang Georgian Dream menganggap partai tersebut pro-Rusia dan mengatakan kekuasaan mereka yang terus berlanjut akan menghancurkan peluang negara bekas republik Soviet itu untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Ratusan pengunjuk rasa mendirikan tenda dan menduduki jalan utama di Tbilisi selama dua malam berturut-turut hingga mereka dibubarkan pada Selasa pagi.

Dalam pernyataannya, Kementerian Dalam Negeri mengatakan para pengunjuk rasa memblokir lalu lintas secara ilegal dan mendesak mereka untuk meninggalkan wilayah tersebut. Pernyataan itu tidak menyebutkan adanya penangkapan.

Dilansir Reuters, Selasa, 19 November, Koalisi untuk Perubahan, salah satu dari empat kelompok oposisi, mengatakan beberapa anggotanya telah ditangkap dan beberapa lainnya menderita luka-luka.

Seorang juru kamera Mtavari Arkhi, saluran televisi oposisi, juga ditahan.

Komisi pemilu pada Sabtu pekan lalu secara resmi mengkonfirmasi kemenangan Georgian Dream dengan 54 persen suara, meskipun dua lembaga jajak pendapat di AS yang ditugaskan oleh oposisi mengatakan hasil tersebut secara statistik mustahil.

Presiden Salome Zourabichvili, seorang kritikus setia Georgian Dream mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi terhadap hasil tersebut, Interpress melaporkan.