Putus Asa Tak Punya Uang, Warga Gaza Jual Pakaian yang Diambil dari Reruntuhan
JAKARTA - Moein Abu Odeh memanjat tumpukan puing di Gaza selatan, mencari pakaian, sepatu, apa saja yang bisa dia jual untuk mendapatkan uang tunai karena kondisi krisis sejak Israel memulai pemboman tanpa henti.
Ayah empat anak ini menggali di bawah balok dan membersihkan tumpukan debu beton di lokasi serangan udara di kota Khan Younis yang hancur. Dia berencana menjual apa yang ditemukan untuk membeli tepung.
“Kalau ada makanan dan minuman, percayalah, (pakaian ini) akan saya sumbangkan untuk amal,” ujarnya dilansir Reuters, Senin, 18 November.
“Tetapi perjuangan yang kami lalui (berarti kami) harus menjual pakaian kami untuk makan dan minum,” sambungnya.
Kekurangan bahan makanan yang meluas dan peperangan yang berlangsung selama berbulan-bulan mendorong terjadinya perdagangan pakaian bekas, yang sebagian besar diselamatkan dari rumah orang-orang yang tewas dalam konflik tersebut.
Di salah satu pasar darurat, sepatu, kemeja, sweter, dan sepatu kets dibentangkan di atas selimut berdebu.
Seorang gadis mencoba sepatu bot usang, yang bisa berguna pada musim dingin ini jika dia mampu membelinya di tengah perekonomian Gaza yang hancur.
Seorang pedagang mendapat keunggulan dibandingkan pesaingnya dengan berteriak dagangannya adalah barang Eropa.
Seorang pria tertawa ketika dia mengajak seorang anak laki-laki untuk mencoba jaket hijau.
“Kami mendapatkan pakaian dari seorang pria yang rumahnya hancur. Dia sedang menggali beton untuk mendapatkan beberapa (pakaian) dan kami membelinya seperti ini dan menjualnya dengan harga yang bagus,” kata Louay Abdel-Rahman, warga Palestina yang mengungsi.
Dia dan keluarganya tiba di kota itu dari bagian lain Gaza hanya dengan pakaian yang mereka kenakan. Jadi dia juga menyimpannya untuk mereka.
“Musim telah berganti dari musim panas ke musim dingin dan kami membutuhkan pakaian,” katanya.
Operasi militer Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menghancurkan daerah tersebut, menyebabkan sekitar 42 juta ton puing menumpuk di tempat rumah, masjid, sekolah, dan toko dulunya berdiri.
Pada April, PBB memperkirakan dibutuhkan waktu 14 tahun untuk membuang puing-puing tersebut. Pejabat PBB yang mengawasi masalah ini mengatakan pembersihan tersebut akan menelan biaya setidaknya 1,2 miliar dollar AS.
Lebih dari 128.000 bangunan hancur atau rusak parah atau sedang di Gaza akibat konflik tersebut, kata PBB. Di bawah semua itu ada jahitan pakaian yang hancur.
“Semua anak kami hanya mengenakan pakaian lengan pendek dan tidak ada yang membantu mereka,” kata Saeed Doula, ayah tujuh anak.
“Perang ini mencakup segalanya,” sebut dia.