Qatar Tepis Tudingan Mundur Jadi Mediator Gencatan Senjata di Gaza
JAKARTA - Qatar menepis laporan media yang menyebut pihaknya mundur sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza.
"Laporan media yang mengatakan Qatar mundur sebagai mediator perundingan gencatan senjata di Gaza tidak akurat," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Majed bin Mohammed Al-Ansari dalam pernyataannya, dikutip dari AA, Minggu 10 November.
Dia menambahkan, Qatar telah memberitahu para pihak 10 hari yang lalu dalam upaya terbaru mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Qatar pun memberi pernyataan bahwa upaya mediasi antara Hamas dan Israel akan terhenti jika kesepakatan tidak tercapai pada putaran itu.
Pernyataan itu menyebutkan Doha "akan melanjutkan upaya dengan para mitra ketika para pihak menunjukkan keinginan dan keseriusan mereka untuk mengakhiri perang brutal tersebut dan penderitaan warga sipil yang terus menderita."
Juru bicara Kemlu Qatar itu mengatakan Doha "tidak akan menerima jika mediasi menjadi alasan pemerasan.”
Menurutnya, sejak gencatan senjata awal November lalu, telah terjadi taktik manipulatif, termasuk mengingkari kewajiban yang disepakati melalui mediasi, dan mengeksploitasi perundingan untuk membenarkan kelanjutan perang demi melayani "tujuan politik sempit."
Al Ansari juga menyebut laporan mengenai penutupan kantor politik Hamas di Doha sebagai "tidak akurat," dan mengatakan tujuan utamanya adalah menjadi "saluran komunikasi" antara pihak-pihak terkait, dan saluran tersebut telah berkontribusi pada upaya mencapai gencatan senjata lebih awal.
Dia menekankan perlunya media-media mendapatkan informasi dari sumber resmi.
Baca juga:
Media internasional sebelumnya menyatakan Qatar akan berhenti memediasi kesepakatan gencatan senjata Gaza dan pembebasan sandera hingga Hamas dan Israel bersedia melanjutkan perundingan, dan telah memberitahu para pemimpin Hamas mereka tidak lagi disambut di negara Teluk itu.
Perjalanan terakhir Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken selama sepekan ke Timur Tengah yang berakhir pada akhir Oktober tidak meninggalkan terobosan apa pun.
Genosida Israel di Jalur Gaza dimulai setelah kelompok pejuang kemerdekaan Palestina Hamas melakukan serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober 2023.
Akibat serangan itu, rezim Zionis mengeklaim sekitar 1.200 warganya terbunuh, dan sekitar 250 lainnya disandera.
Israel sejak saat itu tiada henti menyerang Gaza dan kampanye genosidanya itu telah menewaskan lebih dari 43.000 warga Palestina.
Negara Teluk, Qatar, telah bekerja sama dengan AS dan Mesir untuk mengakhiri perang dan memulangkan para sandera.