Ancaman Siklon Tropis Seroja Belum Mereda, Mengapa Badai yang Menghantam Dua Negara Ini Begitu Berbahaya?
JAKARTA - Setelah menerjang NTT, kini Siklon Tropis Seroja diprediksi mengalami peningkatan dalam 24 jam ke depan. Wilayah yang diminta waspada antara lain, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Siklon ini tercatat menjadi yang paling berbahaya daripada siklon lain yang pernah melintas di Indonesia.
Kabar tersebut disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui keterangan tertulis. Menurut data, meski mengalami peningkatan, arah siklon bergerak menjauhi wilayah Indonesia menuju ke barat daya.
BMKG menyatakan wilayah yang diminta waspada tersebut berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Selain hujan lebat, gelombang setinggi 2,5-4,0 meter berpeluang terjadi di perairan selatan Jawa, Samudra Hindia selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur. Gelombang setinggi 4-6 meter juga berpeluang terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa.
Menerjang dua negara
Sebelumnya Siklon Tropis 99S atau Siklo Tropis Seroja telah memorakporandakan dua negara sekaligus. Wilayah timur Indonesia yakni Nusa Tenggara Timur dan di wilayah Timor Leste.
Di NTT, menurut data yang berhasil dihimpun hingga Rabu, 7 April malam, total korban jiwa di beberapa kabupaten dan kota terdampak berjumlah 138 jiwa. Masih ada 61 orang yang dinyatakan hilang.
Sementara itu, kerugian material di sektor perumahan berjumlah 1.114 unit. Rinciannya yakni rumah rusak berat 688 unit, rusak sedang 272 dan rusak ringan 154.
Sementara di Timor Leste, sebanyak 34 orang dinyatakan meninggal dan sejumlah orang hilang akibat banjir bandang yang dipicu Siklon Tropis Seroja. Menurut data yang diperoleh dari Garda Sipil Timor Leste yang dikutip CNNIndonesia, korban yang meninggal itu tercatat berada di sejumlah daerah.
Dari data itu tercatat ada 13 korban meninggal di Dili, 12 orang meninggal di Manatuto, tujuh orang di Ainaro, satu orang di Baucau, dan satu orang di Aileu, seperti dikutip kantor berita Xinhua, Kamis 8 April. Menurut laporan, banjir bandang akibat Siklon Tropis Seroja berdampak terhadap 10 ribu penduduk dan merusak sejumlah rumah, fasilitas umum, jalanan serta jembatan.
Apa itu Siklon Seroja?
Siklon tropis (Tropical Cyclone) merupakan badai dengan kekuatan besar yang terbentuk dari sistem tekanan udara rendah di perairan di sekitar daerah tropis. Siklon tropis terbentuk di laut dan akan punah atau melemah ketika memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan.
Seperti dikutip laman BMKG Siklon tropis tentu berbeda dengan puting beliung. Badai siklon terbentuk di lautan yang luas yang memiliki suhu permukaan laut lebih dari 26.50 C dan bergerak menjauhi lintang khatulistiwa, sedangkan puting beliung terjadi dari awan Cumulunimbus (Cb) dan bergerak mengikuti arah gerak awan Cb tersebut.
Sementara itu, siklon tropis rata-rata bertahan hidup sekitar 3 hingga 18 hari, sedangkan puting beliung durasi kejadiannya maksimum hanya 5 menit. Kerusakan yang ditumbulkan akibat siklon tropis pun tentu lebih parah dibandingkan puting beliung.
Siklon tropis dapat menimbulkan dampak yang sangat besar pada daerah-daerah yang dilaluinya, seperti angin kencang, hujan lebat, banjir, gelombang tinggi dan gelombang badai (Storm Surge) di laut. Dari sini sedikit banyak kita bisa tahu mengapa Siklon Tropis Seroja dianggap tak lajim seperti disebut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Seperti sudah dijelaskan, siklon tropis umumnya terbentuk di laut dan akan melemah ketika memasuki wilayah perairan dingin atau memasuki daratan. Sedangkan, menurut Dwikorita, Siklon Seroja yang terjadi di NTT, pusaran terbesar terjadi di daratan. Bahkan di awal pembentukannya, kecepatan pusaran siklon ini mencapai 85 km per jam.
"Yang ini, mulai berkembang saja sudah kena pulai, itu yang membuatnya dahsyat, bayangkan saat terbentuk, kecepatan pusarannya 85 km per jam. Saat terbentuk itu sudah masuk Kupang, yang pusarannya tinggi berada di darat," jelas Dwikorita.
Menurut Dwikorita Siklon Seroja adalah yang pertama kali masuk ke daratan Indonesia. "Nampaknya merupakan yang paling kuat dari yang sebelum-sebelumnya."
Siklon-siklon lain
Selain Siklon Tropis Seroja, beberapa siklon besar yang pernah melintas di Indonesia adalah Siklon Sempaka dan Dahlia. Siklon tropis Cempaka terbentuk pada 27 November 2017 di sekitar 100 KM sebelah selatan tenggara Cilacap. Sedangkan Siklon Topis Dahlia terbentuk pada 29 November 2017 di sebelah selatan Bengkulu.
Masa hidup Siklon Tropis Dahlia lebih panjang dibandingkan Siklon Tropis Cempaka yang berumur 3 hari. Siklon Dahlia terjadi selama 5 hari.
Wilayah yang terkena dampak Siklon Dahlia meliputi wilayah Pulau Sumatera bagian selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Siklon tropis Cempaka dan Dahlia yang terjadi secara berurutan mengakibatkan terjadinya banjir, tanah longsor, dan puting beliung di beberapa wilayah seperti Pacitan, Wonosobo, Yogyakarta, dan Purworejo.
Dibandingkan dengan siklon tropis Cempaka, dampak yang ditimbulkan oleh siklon tropis Dahlia lebih kecil, hal ini dipengaruhi oleh posisi siklon tropis Cempaka yang lebih dekat daratan. Selain itu ada pula siklon lain yang pernah terjadi menurut BMKG yakni Siklon Tropis Durga (2008), Siklon Tropis Anggrek (2010), dan Siklon Tropis Bakung (2014).
Pertanyaannya, mengapa nama siklon ini kebanyakan diambil dari nama bunga? Tujuannya adalah agar siklon tropis yang muncul tidak menimbulkan kesan yang menyeramkan.
Siklon Tropis Seroja tercatat menjadi yang paling kencang dari siklon lain. Kecepatan angin maksimum Siklon Seroja di sekitar 85 km per jam. Sementara kecepatan maksimum Siklon Tropis Cempaka mencapai 64 km per jam. Sedangkan kecepatan Siklon Topis Dahlia mencapai 65 km per jam.