Menteri ESDM Minta Kepala SKK Migas Tingkatkan Lifting Minyak
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto agar meningkatkan lifting minyak guna mendukung target produksi nasional.
Bahlil di sela melantik Djoko Siswanto menjadi Kepala SKK Migas, di Jakarta, Kamis8 November malam, mengatakan bahwa saat ini produksi atau lifting minyak Indonesia hanya mencapai sekitar 600 ribu barel per hari.
"Saya merasa penting untuk menyampaikan tegas-tegas pada malam hari ini untuk urusan lifting. Lifting kita sekarang hanya 600 ribu barel per day. Dan sebenarnya bisa kita tingkatkan," kata Bahlil, dikutip dari Antara.
Dia menyebutkan bahwa saat ini sudah ada eksplorasi 301 sumur minyak, dan sebagian 195 di Pertamina, sedangkan selebihnya di tempat lain.
"Saya minta kepada Pak Djoko yang baru dilantik, saya minta untuk dituntaskan. Itu pekerjaan utama Bapak," ujarnya.
Ia juga meminta Kepala SKK Migas agar memangkas aturan di sektor migas serta melakukan koordinasi demi menambah lifting minyak.
Bahlil juga mengingatkan semua jajarannya agar bekerja maksimal untuk negara dan tidak membawa visi-misi masing-masing.
"Jadi tidak ada visi-misi menteri, yang ada itu visi-misi Presiden. Saya pembantu Presiden, Bapak juga adalah bagian dari pembantu menteri. Jadi, jangan kita melakukan program di luar apa yang Presiden telah canangkan," katanya menegaskan.
Menurutnya, jika lifting minyak naik, maka berdampak positif bagi pendapatan negara. Bahkan hal itu bisa menekan impor minyak.
Bahlil percaya Djoko merupakan sosok yang kompeten mengisi jabatan sebagai Kepala SKK Migas, sebab pengalaman Djoko pernah di Dirjen Migas dan Deputi SKK Migas.
"Jangan duduk di belakang meja, tapi harus kita proaktif. Makna dari pada pelantikan pada malam hari ini, di malam hari, itu menunjukkan bahwa saya nggak pernah tidur. Saya itu mau tidur pun otak saya itu cuma lifting, lifting, dan lifting," katanya lagi.
Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa pemerintah tidak bisa diatur oleh pengusaha. Namun, pemerintah juga tidak boleh berlaku tidak adil kepada pengusaha.
"Jangan bapak diatur sama pengusaha, yang mengatur pengusaha adalah Pemerintah. Tapi Pemerintah nggak boleh zalim sama pengusaha. Nggak boleh, kita harus ada di tengah," demikian Bahlil.
Baca juga:
Sebelumnya, Kementerian ESDM mencatat, terdapat sekitar 44.900 sumur minyak di Indonesia, dengan 16.600 di antaranya dalam kondisi idle. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.000 sumur dapat dioptimalkan untuk meningkatkan produksi minyak nasional.
Bahlil mengungkapkan bahwa pada tahun 1996 dan 1997, Indonesia mampu memproduksi 1.000.600 barel minyak per hari, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara, karena mampu mengekspor hingga 1 juta barel. Namun, pasca-reformasi, produksi minyak terus mengalami penurunan.
Namun, saat ini, produksi minyak nasional tinggal 600.000 barel per hari, sementara konsumsi mencapai 1.000.600 barel per hari. Hal ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor sekitar 900 ribu hingga 1 juta barel minyak per hari.