Jadi Menhan Israel: Katz Prioritaskan Pemulangan Sandera, Hancurkan Hamas dan Kalahkan Hizbullah

JAKARTA - Israel Katz memprioritaskan kembalinya para sandera Israel di Jalur Gaza, menghancurkan Hamas dan mengalahkan Hizbullah, usai diangkat sebagai Menteri Pertahanan Israel.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memecat Yoav Gallant dari posisi menteri pertahanan pada Hari Selasa petang. Sebagai gantinya, ia memilih Katz yang sebelumnya menjabat sebagai menteri luar negeri, jabatan yang kemudian diisi oleh Menteri Tanpa Portofolio Gideon Sa'ar.

Katz, yang juga anggota Partai Likud pimpinan Netanyahu, menyambut baik pengangkatannya sebagai menteri pertahanan dalam sebuah pernyataan, tetapi tidak menyebut Gallant.

"Saya berterima kasih kepada Perdana Menteri Netanyahu atas kepercayaan yang diberikannya kepada saya dalam mengangkat saya ke posisi menteri pertahanan," tulis Katz di X, dikutip dari The Times of Israel 6 November.

"Saya menerima tanggung jawab ini dengan rasa misi dan komitmen yang mendalam terhadap keamanan Negara Israel dan warganya," lanjutnya.

Lebih jauh Katz bersumpah akan "bekerja sama untuk memajukan lembaga pertahanan menuju kemenangan melawan musuh-musuh kita dan untuk mencapai tujuan perang: pengembalian semua sandera sebagai misi terpenting, penghancuran Hamas di Gaza, kekalahan Hizbullah di Lebanon, pengekangan agresi Iran dan pengembalian penduduk utara dan selatan dengan selamat ke rumah mereka."

Diketahui, ini adalah kali kedua PM Netanyahu memecat Gallant dalam kurun waktu kurang dari dua tahun. Pada Bulan Maret 2023, Netanyahu memecat Gallant sehari setelah Gallant menyerukan penghentian sementara proses legislasi rencana perombakan peradilan pemerintah yang kontroversial, yang menurutnya menyebabkan perpecahan yang mengancam keamanan Israel.

Namun, ia dilantik kembali kurang dari sebulan kemudian, memimpin Kementerian Pertahanan ketika Hamas melakukan serangan teror mematikan di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu dan tetap menduduki jabatannya selama perang di Jalur Gaza, pertempuran di perbatasan utara dan operasi darat di Lebanon selatan.

Terpisah, Itamar Ben-Gvir, menteri sayap kanan dalam pemerintahan koalisi Netanyahu, memuji keputusan Hari Selasa tersebut, dengan mengatakan, Gallant masih "terperangkap dalam konsepsi" "tidak mungkin untuk mencapai kemenangan mutlak", dikutip dari Reuters.

Namun, Benny Gantz, saingan politik utama Netanyahu sekaligus mantan menteri pertahanan, menyebut langkah tersebut sebagai "politik yang mengorbankan keamanan nasional."

Sedangkan Yair Lapid, pemimpin oposisi yang juga mantan perdana menteri mengatakan, langkah tersebut "di tengah perang adalah tindakan gila", seraya menambahkan Netanyahu "menjual keamanan Israel dan tentara IDF demi kelangsungan politiknya sendiri."