Burnout Berkaitan dengan Krisis Paruh Baya, Kenali 6 Cara Mengatasinya

YOGYAKARTA – Krisis paruh baya dialami seseorang yang mempertanyakan jalan, tujuan serta kepuasan secara keseluruhan. Terkadang krisis paruh baya bercampur dengan kelelahan atau burnout. Keduanya, baik burnout maupun krisis paruh baya dapat menyebabkan kelelahan, ketidakpuasan, dan perasaan terjebak. Namun burnout cenderung berasal dari stres berkepanjangan terkait pekerjaan, pengasuhan, atau beban tanggung jawab berlebihan. Orang jadi memaksakan diri sehingga terkuras emosi dan fisik.

Sedangkan krisis paruh baya, adalah periode ketika seseorang mempertanyakan eksistensi dan emosional. Mereka bertanya lagi, apakah kehidupan yang telah dijalani sesuai dengan yang diinginkan. Dari pertanyaan tersebut, mereka mungkin mencari perubahan besar. Seperti mengubah karir, pindah tempat baru, atau mengadopsi hobi baru untuk menemukan kembali identitas serta tujuan.

Burnout dan krisis paruh baya sering tumpang-tindih. Burnout bisa menyebabkan krisis paruh baya, terutama ketika kelelahan maksimal kemudian mempertanyakan kenapa Anda mengeuarkan begitu banyak energi dan apakah sepadan dengan apa yang didapatkan. Hal ini mengarah pada evaluasi ulang pilihan hidup. Sebaliknya, krisis paruh baya juga bisa menyebabkan burnout. Ini terjadi ketika pertanyaan hidup dan keinginan menemukan tujuan baru dapat menyebabkan kelelahan. Melansir Psychology Today, Senin, 4 November, psikolog klinis Shannon Swales merekomendasikan cara mengatasi burnout yang menyebabkan krisis paruh baya atau sebaliknya.

1. Atasi burnout terlebih dahulu

Kalau merasakan kelelahan, artinya perlu istirahat dan memulihkan diri. Tanpa energi memadai, kita akan sulit mengatasi pertanyaan mendalam dari krisis paruh baya. Swales menyarankan, buat batasan waktu kerja dan pekerjaan rumah. Beri diri waktu untuk istirahat dan lakukan aktivitas kecil yang menyenangkan. Kalau memerlukan dukungan orang terdekat, jangan ragu berkontak dengan orang tercinta. Ini akan membantu memulihkan kelelahan fisik maupun emosional.

Ilustrasi cara mengatasi burnout yang berkaitan dengan krisis paruh baya (Freepik/yanalya)

2. Berhenti sejenak sebelum mengambil keputusan besar

Dalam krisis paruh baya, Anda mungkin terdorong membuat perubahan besar. Seperti berhenti dari pekerjaan atau pindah. Namun selama pemulihan, cobalah ambil jeda. Berhentilah sejenak, perlambat langkah, beri waktu reflektif, gali kesadaran diri, dan pertimbangkan setiap perubahan kecil serta konsekuensi yang harus dijalani.

3. Jelajahi pertanyaan besar

Setelah memulihkan burnout dan mendapatkan energi, Anda bisa mulai menjawab pertanyaan mendalam tentang fase paruh baya. Petanyaan lebih dalam yang sering terlintas, cobalah dipikirkan tentang peluang tumbuh. Renungkan juga apa yang membuat Anda merasa puas, dan temukan cara menyelaraskan tindakan dengan nilai-nilai inti yang Anda pegang.

4. Tetapkan sasaran yang realistis

Menyayangi diri sendiri adalah sasaran yang realistis. Ini bisa dilakukan dengan bersikap lembut pada diri, bergerak sesuai kecepatan Anda sendiri, dan fokus pada langkah-langkah kecil yang dapat dicapai. Jangan lupa rayakan kemenangan kecil sehingga kemajuan membantu Anda tetap termotivasi.

5. Bangun jaringan pendukung

Menghadapi burnout dan krisis paruh baya membuat Anda merasa sendiri. Maka membangun jaringan sistem pendukung bisa memberi dorongan dan wawasan bersama. Penting diketahui, terhubung dengan orang lain juga merupakan terapi. Anda bisa berbagi pengalaman, mendapat kekuatan, dan inspirasi dari orang sekitar.

6. Rencanakan perubahan jangka panjang

Setelah mengatasi kelelahan dan mendapatkan kejelasan, Anda bisa berpikir jernih dan merencanakan perubahan jangka panjang. Tentu saja perubahan yang diambil sejalan dengan nilai-nilai yang dipegang. Membuat rencana ini tidak perlu terburu-buru. Yang pasti, pertimbangkan secara matang tentang pemulihan dan pertumbuhan diri.

Kalau mengalami burnout diikuti krisis paruh baya, tidak harus menganggap sebagai akhir. Tetapi lihatlah sebagai tantangan yang bisa jadi titik balik untuk terhubung dengan diri sendiri, mengevaluasi prioritas, dan penyesuaian yang mendukung kesejahteraan Anda.