Dikritik Sekjen PBB Usai Luncurkan Rudal Antarbenua, Korut Sebut PBB Tak Netral
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres diketahui memberi kritik keras atas peluncuran rudal balistik antarbenua Korea Utara baru-baru ini. Atas kritik ini, Korea Utara, Sabtu, 2 November menyebut kritikan itu tak berdasar.
Kim Yo Jong, pejabat senior dan saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, memberikan sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi Korut, KCNA.
"Saya menyatakan ketidakpuasan saya yang kuat dan dengan tegas menolak sikap tidak adil dan penuh prasangka sekretaris jenderal PBB yang mempermasalahkan pelaksanaan hak Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) yang adil untuk membela diri," katanya, dilansir dari ANTARA, Sabtu, 2 November.
Guterres, sebelumnya, Kamis, 31 Oktober, mengutuk keras peluncuran rudal balistik jarak jauh Korea Utara, dengan mengatakan bahwa aktivitas rudal Pyongyang yang berulang itu merupakan "pelanggaran yang jelas" terhadap resolusi Dewan Keamanan.
"Dia (Guterres) secara konsisten menyerukan de-eskalasi, implementasi penuh resolusi Dewan Keamanan yang relevan, lingkungan yang kondusif untuk dialog, dan dimulainya kembali perundingan," kata seorang juru bicara PBB.
Menanggapi kecaman tersebut, Kim mengatakan Sekjen PBB "tidak boleh kehilangan netralitas dalam memenuhi tugas pentingnya."
"DPRK tidak akan pernah menoleransi segala upaya mengancam lingkungan keamanan negara," katanya menambahkan.
Baca juga:
Kementerian Luar Negeri Korut juga mengecam Amerika Serikat dan negara-negara lain karena menggelar pertemuan Dewan Keamanan PBB pekan depan untuk membahas peluncuran rudal balistik Pyongyang tersebut.
"Kami akan lebih meningkatkan upaya praktis untuk menahan ancaman militer dari pasukan musuh dan menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan," katanya.
Rezim Korut, Jumat, 1 November, menyatakan bahwa pihaknya telah menembakkan "versi pamungkas" dari rudal balistik antarbenua (ICBM), Hwasongpho-19.
Sebagai tanggapan, Seoul menjatuhkan sanksi kepada empat entitas Korut dan 11 orang, termasuk seorang diplomat yang berbasis di China, Choe Chol-min, atas perannya dalam pengadaan komponen rudal balistik dan barang-barang lain yang memiliki fungsi ganda.
Pada hari yang sama, Korea Selatan dan AS juga mengadakan pelatihan serangan pesawat nirawak bersama untuk pertama kalinya.