Menlu Lavrov Sebut Barat dan Pemerintah Kyiv Tidak Mengupayakan Perdamaian di Ukraina
JAKARTA - Negara-negara Barat dan Pemerintah Kyiv tidak mengupayakan perdamaian di Ukraina, sehingga upaya perdamaian oleh negara mana pun, termasuk Turki, tidak mungkin berhasil, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam wawancara dengan surat kabar Hurriyet.
"Saat ini, lawan-lawan kami tampaknya tidak menginginkan perdamaian. Reaksi Ukraina terhadap inisiatif perdamaian yang diusulkan Presiden Vladimir Putin pada Bulan Juni adalah invasi ke Wilayah Kursk oleh Angkatan Bersenjata Ukraina, bersama dengan serangan udara terhadap target-target di wilayah perbatasan lainnya," kata Menlu Lavrov mengomentari prospek mediasi Turki dalam krisis tersebut, melansir TASS 1 November.
"Washington dan sekutu-sekutunya terus memberikan dukungan yang luas kepada Kiev, membahas kemungkinan penggunaan rudal jarak jauh Barat untuk serangan jauh ke wilayah Rusia. Volodymyr Zelensky belum mencabut perintahnya yang melarang negosiasi dengan Moskow. Mengingat keadaan ini, tampaknya tidak mungkin negara mana pun, termasuk Turki, akan berhasil dalam upaya mediasi," lanjutnya.
Di sisi lain, ia menyayangkan kerja sama militer Turki dan Ukraina, yang menimbulkan kecurigaan terhadap upaya Ankara untuk menengahi konflik Rusia-Ukraina.
"Sangat disayangkan, Ankara melanjutkan kerja sama militer-teknisnya dengan rezim Kyiv. Senjata Turki digunakan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina untuk membunuh tentara dan warga sipil Rusia, yang membingungkan mengingat pernyataan kesiapan kepemimpinan Turki untuk menawarkan layanan mediasi," katanya.
Pada saat yang sama, ia mencatat Rusia menghargai upaya mediasi Turki.
"Kami menghargai upaya Turki untuk membantu menyelesaikan krisis Ukraina. Pemerintah Turki memainkan peran penting dengan menawarkan platform Istanbul untuk konsultasi dengan perwakilan dari Kyiv pada musim semi 2022 dan memfasilitasi kesepakatan gandum. Namun, negosiasi Istanbul pada akhirnya dirusak oleh Anglo-Saxon, yang mencegah Volodymyr Zelensky mencapai kesepakatan yang dapat menghentikan permusuhan dan memastikan keseimbangan kepentingan semua pihak yang terlibat," kata diplomat tinggi Rusia itu.
Baca juga:
- Awasi Langsung Peluncuran ICBM Baru Korut Hwasong-19, Kim Jong-un: Bukti kepada Dunia
- Korea Utara Klaim ICBM Baru Hwasong-19 yang Diluncurkan Kemarin Rudal Strategis Terkuat di Dunia
- Menlu AS Blinken Sebut Israel dan Lebanon Capai Kemajuan untuk Terapkan Resolusi PBB
- Presiden Zelensky Kecam Sekutu Ukraina karena Tidak Merespons Pengerahan Tentara Korea Utara
"Rusia terbuka untuk mencapai penyelesaian politik, tetapi ini tidak boleh hanya mengarah pada gencatan senjata sementara; ini harus mengarah pada penyelesaian konflik dengan menghilangkan akar penyebabnya. Ini termasuk perluasan NATO ke arah timur, terciptanya ancaman terhadap kepentingan keamanan penting Rusia, dan pelanggaran rezim Kiev terhadap hak-hak warga Rusia dan penduduk Ukraina yang berbahasa Rusia," tambahnya.