8 Tentara UNIFIL dari Austria Terluka Terkena Dampak Serangan Roket di Naqoura Lebanon

JAKARTA - Delapan tentara Austria yang tergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) menderita luka ringan akibat serangan roket terhadap markas besar pasukan tersebut di Naqoura.

“Kami mengutuk keras serangan ini dan menuntut agar serangan ini segera diselidiki,” kata Kementerian Pertahanan Austria dilansir Reuters, Selasa, 29 Oktober.

Austria menyatakan belum diketahui dari mana serangan itu berasal. Dipastikan tidak ada tentara yang memerlukan perawatan medis.

UNIFIL kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan roket yang membakar bengkel kendaraan, ditembakkan dari utara lokasi tersebut.

“Kemungkinan oleh Hizbullah atau kelompok afiliasinya,” kata UNIFIL.

Austria menyumbang sekitar 180 tentara untuk pasukan berkekuatan 10.000 orang. Mereka adalah bagian dari "Unit Logistik Multi Peran" yang menjalankan peran seperti mengangkut barang dan personel, memperbaiki kendaraan, memasok bahan bakar, dan pemadam kebakaran.

Serangan itu terjadi di tengah pertempuran sengit antara Hizbullah dan Israel di daerah perbatasan di mana Israel melakukan serangan darat.

Serangan Israel semalam berlanjut di Lembah Bekaa timur yang menewaskan lebih dari 60 orang, menurut pihak berwenang Lebanon.

Hizbullah pada Selasa mengatakan pihaknya menargetkan dengan roket dan artileri pasukan Israel di tenggara kota Khiyam di selatan.

Sedangkan UNIFIL mengatakan awal bulan ini mereka telah mengalami beberapa serangan “yang disengaja” oleh pasukan Israel dan upaya untuk membantu warga sipil di desa-desa di zona perang terhambat oleh penembakan Israel.

Lima pasukan penjaga perdamaian telah terluka sejak dimulainya operasi darat Israel di Lebanon pada 1 Oktober. Posisi UNIFIL telah terkena dampak setidaknya 20 kali, termasuk oleh tembakan langsung dan insiden pada 13 Oktober ketika dua tank Israel menerobos gerbang Lebanon. basis UNIFIL, menurut PBB.

UNIFIL ditempatkan di Lebanon selatan untuk memantau permusuhan di sepanjang garis demarkasi dengan Israel, wilayah yang telah mengalami pertempuran selama lebih dari setahun yang berubah menjadi bentrokan sengit bulan ini antara pasukan Israel dan pejuang Hizbullah yang didukung Iran.