Bagikan:

BEIRUT - Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon tetap menolak meninggalkan posisi mereka sesuai permintaan Israel.

Israel yang tengah melancarkan serangan darat dan udara di Lebanon telah meminta UNIFIL untuk mundur dari posisi mereka. Militer negeri zionis itu bahkan menyerang dengan tank ke arah pos UNIFIL yang menyebabkan dua Tentara Nasional Indonesia (TNI) terluka pada Kamis 10 Oktober.

“Israel meminta kami mundur dari posisi di sepanjang garis hijau atau mundur sekitar 5 km jauhnya. Namun, semua sepakat untuk tetap tinggal,” kata Andrea Tenenti, juru bicara Pasukan PBB di Lebanon ( UNIFIL), Sabtu kemarin.

Ini bukan pertama kalinya Israel meminta UNIFIL menarik pasukan dari garis hijau, sebutan untuk perbatasan Israel-Lebanon.

UNIFIL mengatakan pada 5 Oktober, Israel telah meminta mereka untuk meninggalkan beberapa posisi di Lebanon selatan. Namun pasukan penjaga perdamaian PBB tidak menanggapi.

Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon pada 10 Oktober juga merekomendasikan agar UNIFIL memindahkan pasukannya sekitar 5 km ke utara untuk menghindari bahaya meningkatnya pertempuran.

UNIFIL mengumumkan bahwa seorang tentara terkena peluru akibat operasi militer di dekat markas besarnya di Naqoura pada Jumat (11/10/2024) malam, dan korban tersebut dalam kondisi stabil.

Tidak jelas siapa yang melepaskan tembakan, tetapi ini adalah tentara UNIFIL kelima yang terluka di Lebanon selatan dalam dua hari terakhir. UNIFIL mengatakan empat tentara sebelumnya semuanya terluka akibat tembakan tentara Israel.

Militer Israel baru-baru ini mengaku bertanggung jawab atas dua TNI yang terluka.

Tenenti mengatakan bahwa pertempuran baru-baru ini antara Israel dan Hizbullah di Lebanon selatan telah menyebabkan banyak kerusakan pada pangkalan UNIFIL, sehingga menyulitkan pasukan tersebut untuk beroperasi.

“Sebuah ledakan terjadi tadi malam, tepat di luar posisi pasukan penjaga perdamaian Ghana. Ledakannya sangat kuat hingga menghancurkan beberapa kontainer di dalamnya,” katanya.

Insiden terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB yang terkena serangan di Lebanon selatan, menyebabkan Israel mendapat tekanan besar dari komunitas internasional. Beberapa negara yang mengirimkan tentaranya untuk bergabung dengan UNIFIL, seperti Prancis, Spanyol, Italia, Irlandia, dan Indonesia mengecam keras Israel.

AS, sekutu terdekat Israel, juga meminta negara zionis itu berhenti menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB.

UNIFIL didirikan pada 1978 untuk mengawasi penarikan tentara Israel setelah menginvasi Lebanon sebagai pembalasan atas serangan kelompok bersenjata Palestina.

Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 yang disahkan pada Agustus 2006, menugaskan UNIFIL dan tentara Lebanon untuk memantau gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel setelah perang selama hampir sebulan. UNIFIL memiliki sekitar 10.000 tentara yang ditempatkan di Lebanon selatan.