Lima Orang Tewas dalam Serangan Kelompok Bersenjata di Proyek Bendungan Pakistan
JAKARTA - Lima orang tewas dalam serangan oleh orang-orang bersenjata di lokasi proyek pembangunan bendungan kecil di provinsi Balochistan di barat daya Pakistan.
Lima orang tewas dan dua orang terluka, semuanya bekerja di lokasi pembangunan di Panjgur, kata juru bicara pemerintah Balochistan Shahid Rind dilansir Reuters, Selasa, 29 Oktober. Dia mengatakan serangan itu terjadi pada larut malam.
Seorang pejabat polisi, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan hampir belasan penyerang terlibat dalam serangan itu dan para korban mengawasi peralatan di lokasi pembangunan bendungan atas nama kontraktor swasta.
“Serangan pengecut seperti itu tidak akan menghalangi tekad pemerintah untuk mengembangkan Balochistan,” kata Perdana Menteri Shehbaz Sharif dalam pernyataannya.
Meskipun tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, di provinsi ini terjadi peningkatan serangan yang dilakukan oleh militan etnis separatis.
Bulan ini, 21 penambang yang bekerja di tambang batu bara milik swasta tewas dalam serangan tersebut.
Pemberontakan selama beberapa dekade di Balochistan yang dilakukan oleh kelompok militan separatis telah menyebabkan seringnya serangan terhadap pemerintah, tentara dan kepentingan China di wilayah tersebut untuk menuntut mereka mendapatkan bagian dalam sumber daya regional yang kaya mineral.
Baca juga:
- Bantu AS, Qatar Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata Gaza hingga Menit Terakhir
- UNICEF: Larangan Israel terhadap UNRWA Bisa Sebabkan Meningkatnya Kematian Anak di Gaza
- 50 Proyektil Ditembakkan Hizbullah ke Israel, Satu Orang Tewas
- Rusia Lempar Psywar, Sebut Pabrik Militer Milik Jerman di Ukraina Bisa Jadi Sasaran Serangan
China mengelola pelabuhan laut dalam yang strategis serta tambang emas dan tembaga di provinsi tersebut dan telah bekerja sama dengan Islamabad untuk meningkatkan infrastruktur di provinsi terbelakang tersebut.
Beberapa serangan menargetkan pekerja migran yang bekerja di pertambangan swasta yang lebih kecil.
Selain kelompok separatis, wilayah ini juga merupakan rumah bagi militan Islam, yang bangkit kembali sejak tahun 2022 setelah mencabut gencatan senjata dengan pemerintah.