Lebih dari 1.000 Orang Tewas Sejak Israel Tingkatkan Operasi di Gaza Utara Awal Bulan Ini

JAKARTA - Juru bicara pertahanan sipil Gaza Mahmoud Basal mengatakan pada Hari Senin, lebih dari 1.000 orang tewas sejak Israel memulai serangan militer besar-besaran ke Gaza utara awal bulan ini.

Basal mengatakan pemboman Israel yang intens telah berlangsung selama 22 hari di Jabalya, Beit Lahiya dan Beit Hanoun, di antara daerah-daerah lainnya, seraya menambahkan pasukan Israel juga telah mencegah pertahanan sipil dan staf medis mengakses bagian Jalur Gaza tersebut.

"Mereka yang dibom di bagian utara jalur tersebut tidak akan mendapatkan bantuan medis atau siapa pun yang menyediakan layanan medis," katanya melansir CNN 28 Oktober.

"Dengan demikian, kita menghadapi situasi yang sulit dan tragis," tandasnya.

Selain lebih dari 1.000 orang yang dipastikan tewas, banyak lainnya yang tergeletak di bawah reruntuhan atau di jalan, tambah Basal.

"Mengingat kenyataan yang tragis dan mengerikan di Gaza utara, kami terus mengimbau organisasi dan lembaga internasional untuk memenuhi peran kemanusiaan dan layanan mereka guna membantu warga di Gaza utara, yang menjadi sasaran pemusnahan massal dan pemboman langsung," jelasnya.

"Kami juga meminta organisasi seperti Palang Merah untuk campur tangan dan mengizinkan tim pertahanan sipil dan medis, serta rumah sakit, untuk melaksanakan tugas kemanusiaan mereka di Gaza utara," lanjutnya.

"Jika tidak, kami menghadapi ancaman serius terhadap kehidupan lebih dari 100.000 warga yang masih tinggal di rumah mereka di bagian utara jalur tersebut," pungkas Basal.

Terpisah, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB mengatakan "seluruh penduduk Gaza utara terancam mati," karena Israel terus melanjutkan operasi militer yang intens di daerah tersebut.

"Ratusan warga Palestina dilaporkan telah terbunuh. Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi lagi," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Joyce Msuya, dalam sebuah pernyataan.

"Rumah sakit telah diserang dan petugas kesehatan telah ditahan. Tempat penampungan telah dikosongkan dan dibakar. Para responden pertama telah dicegah untuk menyelamatkan orang-orang dari bawah reruntuhan. Keluarga-keluarga telah dipisahkan dan para pria dan anak laki-laki dibawa pergi dengan truk-truk pengangkut," tambahnya.

Msuya melanjutkan dengan mengatakan, "apa yang dilakukan pasukan Israel di Gaza utara yang terkepung tidak dapat dibiarkan berlanjut."

"Pengabaian terang-terangan terhadap kemanusiaan dan hukum perang harus dihentikan," tandas Msuya.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza pada Hari Senin mengumumkan, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik terbaru pecah pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 43.020 jiwa, sementara korban luka-luka mencapai 101.110 orang, dikutip dari Turkiye Today.