Uni Eropa Ingin Peserta KTT BRICS Minta Presiden Rusia Putin Akhiri Perang di Ukraina
JAKARTA - Uni Eropa pada Hari Rabu mendesak negara-negara yang menghadiri pertemuan puncak BRICS di Kazan, Rusia, untuk meminta Presiden Vladimir Putin mengakhiri perang di Ukraina.
Juru bicara kebijakan luar negeri UE Peter Stano mengutuk "penyalahgunaan" Rusia atas kepemimpinannya di kelompok tersebut, dengan mencatat ada surat perintah penangkapan untuk pemimpin Rusia tersebut.
"Kami percaya bahwa semua peserta pertemuan puncak di Kazan akan menggunakan acara ini untuk sekali lagi mendesak Putin agar segera mengakhiri perang melawan rakyat Ukraina," katanya, melansir Reuters 23 Oktober.
Juru bicara itu juga mengatakan, UE mendukung Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres, yang menghadiri pertemuan puncak tersebut.
"Kami percaya ia akan memperkuat seruan kepada Rusia dan Putin untuk sepenuhnya dan tanpa syarat menghentikan agresi brutal terhadap rakyat Ukraina," katanya.
Rusia menjadi tuan rumah KTT ke-16 BRICS, organisasi yang didirikan pada tahun 2006, di Kota Kazan pada 22-24 Oktober, dikutip dari TASS.
Brasil, Rusia, India dan China menjadi pendiri organisasi ini, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2011.
Baca juga:
- Menteri Pertahanan Amerika Serikat Sebut Ada Bukti Kehadiran Pasukan Korea Utara di Rusia
- Soroti Ancaman Amerika Serikat, Pemimpin Korut Kim Jong-un Desak Peningkatan Pencegahan Perang
- Diplomat Uni Eropa Serukan Akses Bagi Pengamat dan Media Internasional ke Gaza Utara
- Temui Presiden Putin, Xi Jinping: Situasi Internasional Kacau, Tapi Persahabatan Tiongkok-Rusia Berlanjut
Pada tanggal 1 Januari 2024, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab menjadi anggota penuhnya. KTT Kazan akan menjadi yang pertama dihadiri oleh anggota baru asosiasi tersebut.
Lebih dari 20 pemimpin, termasuk Putin, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian menghadiri pertemuan puncak tersebut. Total ada perwakilan dari sekitar 30 negara yang diperkirakan ambil bagian.