JAKARTA - Presiden Dewan Pakar Eropa, Charles Michel mengatakan, krisis akut pangan dan energi yang terjadi saat ini, baik di Iowa hingga Timur Tengah bersumber dari perang Rusia-Ukraina.
Karena itu, ia pun meminta Rusia untuk mengakhiri perang.
"Di mana pun Anda tinggal, dari Iowa hingga Afrika, atau Timur Tengah, dan satu-satunya cara terbaik untuk mengakhiri krisis akut pangan dan energi, Rusia mengakhiri perang yang tidak masuk akal," katanya dalam konferensi pers di Bali, Selasa, 15 November.
Saat ini, lanjut Michel, sejumlah orang yang menghadapi kelaparan parah dan kekurangan gizi telah meningkat.
Kondisi ini, kata Michel, tak terlepas dari ulah Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia yang memutuskan untuk mempersenjatai makanan, mendorong kelaparan, kemiskinan dan ketidakstabilan.
"Ini juga memiliki konsekuensi dramatis pada negara berkembang, termasuk di sini di Asia," tuturnya.
Kata Michel, Rusia telah memberlakukan pembatasan ekspor bahan makanannya sendiri dan memberlakukan pembatasan pupuk.
Uni Eropa, kata Michel, bekerja keras untuk mengatasi persoalan tersebut.
"Saya berurusan denga Rusia, di sisi lain karena Anda (Rusia) memberlakukan pembatasan ekspor bahan makanannya sendiri. Bahkan, sebelum perang dimulai, memberlakukan pembatasan pupuk di UE," tuturnya.
"Di UE, kami bekerja keras untuk mengatasi konsekuensi pemerintah dari perang ini," sambungnya.
Konflik Rusia-Ukraina menjadi salah satu topik utama yang dibawah Uni Eropa ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Michel pun berharap pertemuan G20 ini bisa menjadi forum bersama untuk mendorong Rusia menghentikan perang.
BACA JUGA:
Meski Presiden Rusia Vladimir Putin tak hadir, kata Michel, hal ini tak lantas menyurutkan semangat perdamaian.
"Forum ini menjadi momen yang baik untuk mendorong perdamaian. Saya berharap semua negara G20 bisa mendesak Rusia untuk akhiri perang," ucapnya.