Khaled Mashal Dilaporkan Jadi Pemimpin Sementara Hamas, Ada Lima Sosok yang Bisa Gantikan Yahya Sinwar

JAKARTA - Pejabat senior Hamas Khaled Mashal dilaporkan menjadi pemimpin sementara kelompok militan Palestina Hamas, usai kabar tewasnya Yahya Sinwar akibat serangan Israel di Jalur Gaza, dengan pengamat menyebut ada lima sosok yang berpotensi menjadi pemimpin Hamas berikutnya.

Beberapa sumber mengindikasikan bahwa Mashal akan bertindak sebagai pemimpin sementara, mengawasi komunikasi dengan para pemangku kepentingan utama yang terlibat dalam negosiasi pembebasan sandera Israel, seperti mengutip News.AZ dari LBCI Lebanon, Jumat 18 Oktober.

Tewasnya Sinwar, jika terkonfirmasi, dikhawatirkan akan membuat perundingan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan semakin sulit, dengan Hamas dilaporkan telah menjalin komunikasi dengan para pejabat Turki, Qatar dan Mesir.

Sementara itu, pengamat Timur Tengah Faisal Assegaf mengatakan, Hamas diperkirakan akan tetap melanjutkan perjuangannya melawan penjajahan Israel atas Palestina.

"Hamas tidak bergantung pada satu pemimpin karena mereka sudah memiliki mekanisme pemilihan jika ada pemimpin tewas," katanya kepada VOI.

Mengenai sosok pengganti Sinwar, ia menyebutkan ada lima sosok yang berpotensi menggantikannya, termasuk Mashal.

"Ada empat nama, Muhammad Sinwar (sekarang orang nomor 2 di Brigade Izzudin al-Qassam). Dia ini kakaknya Yahya Sinwar," jelasnya.

"Kemudian ada Khalil al-Hayya, wakil Kepala Biro Politik Hamas untuk Jalur Gaza. Lalu ada Musa Abu Marzuq dan Mashal, sama-sama pernah menjadi kepala Biro Politik Hamas," lanjutnya.

Tapi bisa jadi ada orang kelima. Namanya Mahmud Zahar, pemimpin Hamas paling senior di Gaza," tambah Faisal Assegaf.

Diberitakan sebelumnya, Israel Defense Forces (IDF) mengatakan, Yahya Sinwar tewas dalam sebuah operasi di selatan Jalur Gaza pada Hari Rabu.

"Setelah menyelesaikan proses identifikasi jenazah, dapat dipastikan bahwa Yahya Sinwar telah terbunuh," kata IDF, dikutip dari Reuters.

Pembunuhan itu terjadi selama operasi darat di kota Rafah di Gaza selatan di mana pasukan Israel menewaskan tiga militan dan mengambil mayat mereka, kata Radio Angkatan Darat Israel.

Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi mengatakan, pengejaran Israel terhadap Sinwar selama setahun terakhir telah mendorongnya "untuk bertindak seperti buronan, menyebabkannya berpindah lokasi beberapa kali."

Ia mengatakan tentara telah mendatangi Sinwar selama operasi rutin tanpa mengetahui keberadaannya, tidak seperti operasi lain terhadap para pemimpin militan berdasarkan intelijen komprehensif.

Juru bicara IDF Laksda Daniel Hagari saat jumpa pers Hari Kamis mengatakan, Yahya Sinwar mencoba melarikan diri ke utara ketika ia tewas dalam serangan Israel.

"Saya yakin ia berlari, bergerak dari kompleks bawah tanah ke rumah-rumah sambil mencoba melarikan diri ke utara ke kompleks yang lebih aman," kata Hagari, seraya menambahkan pasukan IDF terus beroperasi di kompleks di Tal al Sultan di Rafah, tempat Sinwar terbunuh, tanpa mengetahui pada saat itu bahwa pria yang lama dicara itu ada di sana.

"Kami terus beroperasi untuk memeriksa apakah teroris tidak melarikan diri dari wilayah ini," kata Laksda Hagari.

Pasukan Israel menemukan Sinwar dengan rompi, senjata, dan 40.000 shekel (Rp166.006.678), kata juru bicara IDF.

Ia menambahkan dengan mengatakan DNA Sinwar ditemukan di terowongan beberapa ratus meter dari tempat keenam sandera itu dibunuh awal tahun ini.

Yahya Sinwar yang menghabiskan separuh masa dewasanya di penjara Israel, adalah pemimpin Hamas paling senior setelah tewasnya Ismail Haniyeh akibat serangan yang diduga dilakukan oleh Israel di Teheran, Iran pada 31 Juli lalu. Sinwar kemudian dipilih untuk menjadi penggantinya pada Agustus lalu.