Instrumen Investasi Risk On Mulai Naik, Uptober Bakal Jadi Kenyataan?
JAKARTA - Setelah sempat stagnan pekan lalu, instrumen investasi risk-on seperti saham AS dan aset kripto terlihat telah membukukan performa positif yang cukup signifikan pada awal pekan ini.
Menurut analis kripto Reku Fahmi Almuttaqin, performa positif ini didorong oleh data inflasi yang stabil dan kebijakan penurunan suku bunga oleh The Fed pada September 2024.
Melansir CoinMarketCap pada Rabu, 16 Oktober, Bitcoin telah melesat lebih dari 14 persen dalam satu bulan terakhir dan 7,49 persen dalam tujuh hari terakhir ini di level 67.000 dolar AS atau setara Rp1,042 miliar.
Kenaikan ini juga diikuti oleh aset kripto lainnya seperti Ethereum yang meningkat 7 persen selama sepekan mencapai 2.615 do you dolar AS (Rp40,5 ribu) dan Solana naik 7,57 persen di level 154 dolar AS (Rp2,3 ribu).
Fahmi menilai bahwa meskipun investor masih waspada terhadap inflasi, tren positif mulai muncul. Ia menekankan pentingnya data inflasi Harga Belanja Personal (PCE) yang akan dirilis pada 31 Oktober, yang dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga lebih lanjut.
“Situasi saat ini dapat berpotensi menjadi awal dari kondisi tersebut yang dapat menjadi katalis meningkatnya aliran dana masuk di pasar saham AS dan kripto,” ujarnya.
Baca juga:
- Apple Kembangkan Proyektor Canggih yang Tampilkan Konten AR dan VR Tanpa Headset!
- Uptober Jadi Kenyataan, Ada Potensi Harga Bitcoin Mencapai Rp637 Juta
- Bitcoin Tembus Rp1 Miliar, Apakah Bisa Terus Meroket? Begini Jawabannya!
- Reku: Literasi Jadi Kunci Jaga Kesehatan Mental Investor di Tengah Volatilitas Kripto
Selain itu, menjelang pemilihan presiden AS, saham AS dan Bitcoin diperkirakan akan terus menguat, mengikuti tren historis di mana pasar cenderung meningkat setelah pemilu.
“Secara historis, pasar kripto juga cenderung mengalami tren positif dengan reli yang cukup kuat pasca pemilihan presiden AS,” jelas Fahmi lebih lanjut.
Reku mengajak investor untuk bijak dalam berinvestasi dengan memperhatikan fundamental perusahaan dan menggunakan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) untuk memitigasi fluktuasi harga yang tinggi.