Pemerintah Janjikan Tunjangan Seumur Hidup bagi Atlet Berprestasi di Olimpiade dalam Memori Hari Ini, 10 Oktober 2015

JAKARTA – Memori hari ini, sembilan tahun yang lalu, 10 Oktober 2015, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi menjanjikan tunjangan seumur hidup kepada atlet yang berprestasi dalam Olimpiade. Pemberian itu akan dilakukan mulai tahun 2016.

Sebelumnya, prestasi atlet Indonesia dianggap merosot dalam penyelenggaraan Olimpiade London 2012. Indonesia tak dapat emas. Bahkan, cabang unggulan macam bulu tangkis tak menghasilkan medali apa-apa. Pemerintah Indonesia diminta segera berbenah.

Cabang olahraga bulu tangkis kerap jadi unggulan membawa pulang medali pada penyelenggaraan olimpiade. Keungulan itu muncul sejak Olimpiade Barcelona 1992. Indonesia pun terus mencatatkan eksistensinya meraih medali di hajatan olahraga terbesar di dunia.

Harapan yang sama muncul pada penyelengaraan Olimpiade London 2012. Indonesia percaya diri racikan atlet bulu tangkis yang dipilih dapat membawa pulang medali. Harapan tinggal harapan. Cabang bulu tangkis dianggap gagal total.

Diananda Choirunisa, atlet panahan yang memperkuat Indonesia di Olimpiade Paris 2024. (ANTARA/Hafidz Mubarak A)

Seluruh wakil Indonesia -- Tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, hingga campuran kalah. Kondisi itu membuat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mendapatkan sorotan tajam. Apalagi, mereka yang berhasil membawa pulang medali justru dari cabang olahraga lain yang tak banyak menerima bantuan pemerintah: angkat besi (dua perak, satu perunggu).

Merosotnya prestasi atlet nasional membuat seisi Indonesia prihatin. Pemerintah Indonesia kebagian kena kecaman. Mereka dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas merosotnya prestasi.

Pemerintah diminta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pembinaan atlet. Akar masalah yang menghambat segera dicari. Pemerintah pun dituntut untuk melakukan pemerataan perhatian. Jangan melulu andalkan cabang bulu tangkis saja, tapi bangun cabang lainnya.

Evaluasi itu perlu dilakukan secepatnya. Sebab, olahraga jadi pilar penting dalam memperkenalkan negara kepada dunia. Pun supaya Indonesia dalam penyelengaraan Olimpiade tak lagi dipandang sebelah mata.

"Evaluasi harus dilakukan. Kenapa prestasi kita anjlok seperti ini. Kami, Komisi X DPR berkewajiban dan berwewenang melakukan evaluasi bersama pemerintah. Perlu dibicarakan bersama peta persoalan olahraga nasional. Gambaran ini penting untuk membuat kebijakan yang efektif meningkatkan prestasi olahraga nasional," kritik Anggota Komisi X DPR RI Rohmani sebagaimana dikutip laman kompas.com, 28 Agustus 2012.

Rezim pemerintahan pun berganti, dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Joko Widodo (Jokowi). Tiada yang banyak berubah. Pemerintah dianggap belum benar-benar serius menggodok urusan pematangan atlet – minimal soal pembinaan usia dini.

Namun, bukan berarti pemerintah tak bergerak. Menpora, Imam Nahrawi pun bersiasat pada 10 Oktober 2015. Ia menjanjikan kepada atlet yang berprestasi pada penyelengaraan Olimpiade akan mendapatkan tunjangan seumur hidup dari pemerintah.

Defile kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020. (NOC Indonesia)

Tunjungan itu tak hanya diberikan kepada mereka yang sudah mengharumkan nama bangsa dan negara. Kepada mereka yang nantinya akan berlaga pada Olimpiade Rio 2016 pun begitu. Siasat itu dianggap akan mampu meningkat semangat juara di antara atlet nasional. Pemberian tunjangan itu akan dimulai pada 2016.

"Tunjangan ini akan diberikan pada 2016 dan tidak putus hingga atlet tersebut akhir hayat. Seandainya APBN memungkinkan, dari awal memimpin saya akan membuat model untuk asuransi para atlet, sebenarnya kita butuh suatu badan seperti BUMN yang mengurusi kesejahteraan para atlet," kata Imam sebagaimana dikutip laman ANTARA, 10 Oktober 2015.