Satgas COVID-19 Imbau Warga Lakukan Kompres dan Banyak Minum Jika Rasakan Efek Samping Vaksinasi

AKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyarankan masyarakat yang mengalami gejala efek samping setelah vaksinasi untuk melakukan kompres dan banyak minum air putih.

"Rasa sakit dan tidak nyaman setelah divaksinasi dapat dikurangi dengan beberapa upaya, seperti pengompresan di area suntik atau menjamin hidrasi tubuh terjaga dengan baik," kata Wiku dalam tayangan Youtube Sektetariat Presiden, Kamis, 1 April.

Wiku meminta masyarakat untuk tidak khawatir jika mengalami gejala usai vaksinasi. Hal ini dinamakan dengan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). 

"Setelah proses vaksinasi dilakukan terdapat dua peluang kemunculan kejadian yang tidak diharapkan, yakni KIPI maupun reaksi simpang atau efek samping," ujar dia.

Kata Wiku, KIPI adalah kejadian yang tidak diharapkan dan tidak berkaitan langsung secara sebab akibat dengan vaksin. Misalnya karena pengaruh genetik, pengaruh obat lain, kesalahan medis, dan faktor lain.

Sementara, reaksi simpang adalah kejadian yang tidak diharapkan dan terbukti secara ilmiah berkaitan secara langsung secara sebab akibat, dengan vaksin. 

KIPI setelah vaksinasi COVID-19 yang ditemukan di lapangan umumnya adalah rasa nyeri, timbul kemerahan, atau pembengkakan di area lokal penyuntikan. Dalam kasus lainnya, efek secara sistemik yang muncul setelah vaksinasi adalah keletihan, sakit kepala, rasa nyeri otot dan sendi, atau deman. 

"Secara umum, kemunculan efek samping suatu produk farmasi lebih sedikit dibanding kejadian ikutannya. Mengingat, perjalanan produksinya yang cukup kompleks dengan pengawasan yang sangat ketat yakni standar keamanan yang tinggi di tiap tahap pengembangannya, produksinya, atau distribusinya," jelas dia.

Wiku bilang, kejadian-kejadian itu terbilang umum ditemukan. Namun, jika dirasakan dalam waktu cukup lama atau lebih sebulan, atau akibatkan efek yang berat pada tubuh, maka masyarakat diharapkan secara proaktif melaporkan ke faskes untuk penanganan segera. 

"Masyarakat perlu memahami bahwa vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi baik di Indonesia atau seluruh negara lain, tergolong vaksin baru. Sehingga, surveilans terus menerus terkait kejadian ikutan ini sangat bermanfaat bagi pelaksanaan vaksinasi ke depannya," demikian Wiku.