Terlalu Sering Habiskan Uang untuk Berbelanja, Hati-hati Kena Sindrom Shopaholic

JAKARTA - Kecanduan belanja atau shopaholic merupakan perilaku candu yang melibatkan pembelian kompulsif sebagai cara untuk merasa senang dan menghindari perasaan negatif, seperti kecemasan dan depresi. Seperti perilaku kecanduan lainnya, shopaholic dapat sebabkan masalah hidup.

Menurut sebuah penelitian yang dilansir dari Very Well Mind, Rabu, 2 Oktober, hampir semua orang memiliki taraf tertentu dalam berbelanja. Tetapi hanya sekitar 6 persen dari populasi AS yang diperkirakan memiliki sindrom shopaholic.

Meski perilaku konsumerisme telah meningkat akhir-akhir ini, namun kecanduan belanja bukanlah gangguan baru. Kecanduan belanja telah dikenal sejak awal abad kesembilan belas dan disebut sebagai gangguan kejiwaan pada awal abad kedua puluh.

Seseorang bisa dikatakan memiliki gangguan shopaholic jika menunjukkan ciri-ciri perilaku;

  • Selalu memikirkan barang yang akan dibeli
  • Tidak mampu menghentikan keinginan berbelanja yang berlebihan
  • Mengalami euforia setelah membeli sesuatu
  • Merasa menyesal atau bersalah atas barang yang dibeli
  • Masalah keuangan atau ketidakmampuan melunasi hutang
  • Berbohong tentang barang yang dibeli atau menyembunyikan pembelian
  • Membuka kartu kredit baru tanpa melunasi saldo kartu yang ada
  • Membeli barang yang tidak dibutuhkan
  • Berbelanja saat stres atau sedih

Orang yang berjuang melawan kecanduan belanja biasanya menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk berbelanja. Sehingga tak sedikit orang mengalami masalah keuangan akibat pengeluaran berlebihan.

Kecanduan belanja melibatkan pengeluaran impulsif dan kompulsif, yang menghasilkan rasa senang sementara. Orang yang kecanduan belanja sering kali merasa hampa dan tidak puas dengan pembelian mereka saat sampai di rumah. Dan biasanya, barang yang dibeli sering kali ditimbun tanpa digunakan. 

Penyebab perilaku kecanduan belanja masih belum jelas. Tapi beberapa faktor berikut bisa memainkan peran, seperti;

Kondisi Kesehatan Mental

Biasanya dimulai pada akhir masa remaja dan awal masa dewasa, shopaholic sering kali terjadi bersamaan dengan gangguan lain, termasuk gangguan suasana hati dan kecemasan, gangguan penggunaan zat, gangguan makan, gangguan pengendalian impuls, dan gangguan kepribadian.

Karakteristik Kepribadian

Kesulitan mengendalikan keinginan berbelanja muncul dari pola kepribadian yang dimiliki oleh para shopaholic, dan yang membedakan mereka dari orang lain. Sering kali memiliki harga diri rendah, mereka mudah dipengaruhi, dan sering kali baik hati, simpatik, dan sopan kepada orang lain, meskipun mereka sering kali kesepian dan terisolasi. Berbelanja memberi mereka cara mencari kontak dengan orang lain. Beberapa orang mengembangkan kecanduan belanja untuk mencoba meningkatkan harga diri mereka, meskipun hal ini cenderung tidak terlalu efektif.

Materialisme

Orang dengan kecanduan belanja cenderung lebih materialistis daripada pembeli lain dan mencoba menopang diri mereka sendiri dengan mencari status melalui benda-benda material dan mendapat pengakuan orang lain.  Mereka lebih sering berfantasi dan seperti halnya orang dengan kecanduan, mengalami kesulitan menahan dorongan hati. 

Paparan Iklan

Shopaholic lebih rentan terhadap pesan pemasaran dan iklan. Sementara iklan, secara umum, dirancang untuk membesar-besarkan hasil positif pembelian dan menyarankan bahwa pembelian akan mengarah pada pelarian dari masalah hidup, trik pemasaran tertentu dirancang untuk memicu pembelian impulsif dan secara khusus menargetkan sifat impulsif orang yang kecanduan belanja.

Terapi Belanja

Seperti halnya kecanduan lainnya, shopaholic biasanya merupakan cara mengatasi rasa sakit dan kesulitan emosional dalam hidup. Sayangnya, hal itu cenderung memperburuk keadaan daripada memperbaikinya.

Orang yang mendapatkan kesenangan dan melarikan diri dari perasaan negatif melalui belanja terkadang menyebutnya "terapi belanja." Frasa ini menyiratkan bahwa seseorang bisa mendapatkan manfaat yang sama dari membeli sesuatu untuk diri sendiri seperti yang didapatkan dari mengikuti konseling atau terapi. Ini adalah ide yang salah dan tidak membantu.