Diplomat Korut Tepis Kemungkinan Kembalinya Diplomasi Personal dengan AS
JAKARTA - Korea Utara pada Hari Senin tampaknya menepis kemungkinan kembalinya diplomasi personal yang pernah dilakukan pemimpin negara itu, Kim Jong-un dengan Donald Trump, terlepas dari siapa pun yang memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat bulan depan.
"Siapa pun yang menjabat di AS, kami hanya akan berurusan dengan entitas negara yang disebut AS, bukan sekadar pemerintahan," kata duta besar Pyongyang untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Song Kim di sela-sela Sidang Umum tahunan PBB di New York, Amerika Serikat, melansir Reuters 1 Oktober.
"Demikian pula, Pemerintahan AS mana pun harus menghadapi DPRK, yang berbeda dari apa yang dulu dipikirkan AS," katanya, merujuk ke Korea Utara dengan inisial nama resminya.
Sebelumnya, seorang diplomat senior Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan baru-baru ini mengatakan kepada Reuters, Korea Utara ingin membuka kembali perundingan nuklir dengan Amerika Serikat jika Trump terpilih kembali dan sedang berupaya menyusun strategi negosiasi baru.
Trump terlibat dalam taktik yang penuh dengan risiko dan diplomasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Korea Utara saat menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.
Diplomat yang membelot, Ri Il-gyu mengatakan, diplomat Pyongyang sedang memetakan strategi jika rakyat Amerika memilih Trump daripada Wakil Presiden Kamala Harris, dengan tujuan mencabut sanksi atas program persenjataannya, mencabut sebutannya sebagai negara sponsor terorisme dan memperoleh bantuan ekonomi.
KTT antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Trump di Vietnam pada tahun 2019 gagal karena masalah sanksi dan seruan tegas AS agar Korea Utara menyerahkan senjata nuklirnya.
Pyongyang sendiri telah mengabaikan seruan dari Pemerintahan Presiden Joe Biden agar terlibat kembali dalam perundingan.
Dalam debat Pilpres pada Bulan Juni, Trump mengatakan Xi Jinping dari Tiongkok, Kim Jong-un dan Vladimir Putin dari Rusia "tidak menghormati" Biden, mendorong negara itu "ke dalam Perang Dunia Ketiga."
Pada konferensi pers Bulan Agustus, Trump mengatakan Kim Jong Un "sangat menyukai saya."
"Dia tidak menyukai kelompok ini," imbuh Trump, merujuk pada pemerintahan Biden-Harris.
Baca juga:
- Gelar Serangan Darat Terbatas, Pejabat Israel Sebut Tidak Ada Pendudukan Jangka Panjang di Lebanon
- Israel Kabari Amerika Serikat Soal Serangan Darat Terbatas ke Lebanon Selatan
- Israel Luncurkan Serangan Darat Terbatas Bersandi 'Operation Northern Arrows' ke Lebanon Selatan
- Stoltenberg: Retorika Nuklir Putin Tidak Boleh Menghentikan Dukungan NATO untuk Ukraina
"Kita dalam bahaya besar. Kita dalam bahaya besar terlibat dalam Perang Dunia Ketiga," katanya.
Song Kim mengatakan, permusuhan AS dan ancaman nuklir yang ditimbulkannya terhadap Korea Utara selama lebih dari 70 tahun telah memaksa Pyongyang untuk memperoleh senjata nuklir.
Ia mengatakan Kim Jong-un pernah berkata, "kita dapat memilih dialog atau konfrontasi, tetapi kita harus melangkah lebih jauh dalam mempersiapkan diri sepenuhnya untuk konfrontasi."