Changpeng Zhao, Dibebaskan dari Penjara AS Setelah Kasus Pencucian Uang

JAKARTA - Changpeng Zhao, pendiri dan mantan CEO Binance, bursa cryptocurrency terbesar di dunia, dibebaskan dari fasilitas pemasyarakatan di California pada Jumat 27 September, menurut laporan Bloomberg News yang mengutip juru bicara dari Biro Penjara AS. Zhao sebelumnya dijatuhi hukuman empat bulan penjara setelah mengaku bersalah melanggar undang-undang Amerika Serikat terkait pencegahan pencucian uang.

Kasus ini bermula dari tuduhan bahwa Binance, di bawah kepemimpinan Zhao, gagal menerapkan program yang memadai untuk mencegah pencucian uang di platformnya. Para jaksa penuntut mengklaim bahwa Binance mengadopsi model bisnis yang memfasilitasi kegiatan kriminal, termasuk gagal melaporkan lebih dari 100.000 transaksi mencurigakan yang melibatkan kelompok-kelompok teroris yang ditetapkan seperti Hamas, al-Qaeda, dan Islamic State.

Selain tuduhan mendukung kelompok teroris, pihak berwenang AS juga mengungkapkan bahwa Binance diduga berperan dalam mendukung perdagangan materi pelecehan seksual anak dan menerima sebagian besar hasil dari serangan ransomware. Tuduhan ini memberikan tekanan besar pada Zhao dan perusahaannya, yang selama bertahun-tahun beroperasi dengan regulasi yang minim.

Sebagai bagian dari penyelesaian hukuman, Binance setuju untuk membayar denda besar sebesar 4,32 miliar dolar AS (Rp65,3 triliun) kepada otoritas AS. Zhao, secara pribadi, juga membayar denda pidana sebesar 50 juta dolar AS (Rp756,2 miliar) dan tambahan 50 juta dolar AS kepada Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC). Penyelesaian ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah industri cryptocurrency.

Setelah pembebasan Zhao, perhatian dunia keuangan kini tertuju pada bagaimana Binance akan melanjutkan operasinya di tengah sorotan internasional. Sementara Zhao mengundurkan diri sebagai CEO setelah putusan pengadilan, Binance berusaha mengubah model bisnisnya untuk mematuhi regulasi ketat yang diterapkan di berbagai negara.

Beberapa pengamat menyatakan bahwa kasus hukum ini bisa menjadi titik balik dalam regulasi cryptocurrency global, di mana otoritas di seluruh dunia semakin memperketat pengawasan terhadap aktivitas bursa digital untuk memastikan tidak ada celah hukum yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ilegal.

Penegakan Hukum yang Lebih Kuat

Kasus Zhao dan Binance ini menjadi peringatan bagi perusahaan teknologi keuangan lainnya, terutama di sektor cryptocurrency, tentang pentingnya kepatuhan terhadap regulasi internasional, terutama dalam hal anti-pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Keputusan hukum ini menunjukkan bahwa otoritas AS tidak akan ragu untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran regulasi, meskipun melibatkan perusahaan global yang memiliki pengaruh besar.

Setelah Zhao kini bebas dari penjara, masih belum jelas apakah dia akan kembali berperan aktif di dunia cryptocurrency atau memilih jalur yang lebih tenang setelah menyelesaikan masa hukumannya. Sementara itu, masa depan Binance dan dampaknya pada industri crypto global akan terus dipantau dengan ketat oleh regulator dan investor di seluruh dunia.