Transparansi Proof of Reserve: Industri Kripto Indonesia Diharapkan Dapat Lebih Terbuka dan Transparan

JAKARTA - Dengan lebih dari 6,8 juta pengguna, INDODAX saat ini tercatat memiliki cadangan aset kripto senilai Rp11,5 triliun, termasuk di dalamnya 4.806,34 Bitcoin senilai Rp4,288 triliun, 36.915,47 Ethereum senilai Rp1,334 triliun, serta berbagai aset kripto lainnya senilai sekitar Rp5,907 triliun.

Meskipun mengalami kerugian sekitar Rp300 miliar akibat serangan siber, CEO INDODAX, Oscar Darmawan menegaskan bahwa dampak finansial tersebut hanya sekitar 3 persen dari total cadangan aset kripto INDODAX. Komitmen INDODAX terhadap transparansi dan keterbukaan dinilai menjadi salah satu faktor kunci yang membantu pemulihan kepercayaan pengguna.

“Transparansi merupakan pondasi penting dalam membangun dan menjaga kepercayaan publik. Dengan publikasi Proof of Reserve, kami memberikan kepastian kepada para pengguna bahwa mereka dapat memantau keamanan aset mereka kapan pun. Ini adalah wujud nyata tanggung jawab kami kepada para member,” ujar Oscar, dikutip Jumat, 27 September.

Selain itu, paska insiden peretasan, INDODAX berhasil memulihkan kepercayaan pengguna dengan total volume transaksi yang terus meningkat hingga lebih dari Rp2,3 trilliun selama periode 14-25 September 2024, menunjukan tingkat kerpercayaan masyarakat terhadap platform INDODAX masih tinggi paska insiden.

Oscar juga menambahkan bahwa selama dua tahun terakhir, INDODAX telah berupaya mengajak exchange kripto lainnya untuk mengadopsi langkah serupa.

"Kami telah mendorong industri kripto di Indonesia untuk lebih terbuka dan transparan. Meskipun hingga saat ini belum ada yang mengikuti, kami percaya bahwa transparansi akan menjadi faktor penting dalam menciptakan ekosistem kripto yang aman dan terpercaya di masa mendatang,” jelasnya.

Angga Andinata, seorang analis kripto dan edukator Crypto & Web 3, turut memberikan apresiasi terhadap langkah yang diambil oleh INDODAX.

“Proof of Reserve yang diterapkan oleh INDODAX tidak hanya dalam bentuk laporan, tetapi juga terintegrasi secara real-time, yang memungkinkan publik untuk memverifikasi data cadangan secara langsung. Langkah ini menjadi contoh yang patut diikuti oleh bursa kripto lainnya di Indonesia,” ungkapnya.

Sedangkan dalam konteks regulasi yang akan datang, Angga juga menyoroti bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nantinya berencana untuk mengawasi lebih ketat aset kripto di Indonesia, dimana cadangan aset kripto akan disimpan oleh perusahaan kustodian.

“Saya berharap nantinya perusahaan kustodian juga dapat mempublikasikan cadangan mereka secara transparan untuk menjaga kepercayaan pengguna,” tambah Angga.

Oscar Darmawan menegaskan bahwa transparansi bukan hanya sekedar mengikuti regulasi, tetapi juga mencerminkan integritas dan tanggung jawab perusahaan kepada pengguna.

“Banyak bursa lain yang memilih untuk tidak memberikan akses terbuka terkait cadangan mereka. Namun, kami di INDODAX berani untuk terbuka karena kami percaya bahwa kepercayaan pengguna adalah yang paling utama. Ini adalah komitmen kami untuk memimpin industri dengan cara yang benar,” tutur Oscar.

Dengan adanya langkah transparansi ini, INDODAX berharap dapat menetapkan standar baru di industri kripto Indonesia maupun global

“Kami berharap lebih banyak bursa yang mengikuti jejak kami untuk menciptakan ekosistem kripto yang lebih aman, transparan, dan terpercaya,” tutup Oscar.