Aliansi Internasional Arab Saudi Bakal Desak Solusi 2 Negara Akhiri Konflik Israel-Palestina
JAKARTA - Aliansi internasional yang dibentuk Arab Saudi bakal mendorong solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, pertemuan aliansi internasional bakal segera digelar. Pembentukannya didasari keyakinan terkait penyelesaian permanen konflik hanya dapat dicapai melalui pembentukan negara Palestina.
“Apa yang kami coba lakukan adalah membangun koalisi yang bertujuan untuk menerapkan solusi dua negara dan itu membutuhkan beberapa komponen dasar, termasuk pengembangan kapasitas dalam otoritas Palestina,” kata Pangeran Farhan, dikutip Arab News, Jumat 27 September.
Ia mengatakan, Saudi akan menyelenggarakan pertemuan dengan aliansi internasional tersebut di Riyadh, Brussels, Kairo, Oslo, Amman, dan Ankara sebagai bagian dari rencana tersebut.
“Saya tidak mengerti bagaimana kelanjutan perang dapat menjadi satu-satunya pilihan,” katanya.
“Pasti ada pilihan lain, dan karena itu saya akan menegaskan kembali seruan kami untuk gencatan senjata dan agar diplomasi menang,” sambung Pangeran Farhan.
Baca juga:
- Sejumlah Hacker Iran Dikabarkan Didakwa Kasus Peretasan Kampanye Donald Trump
- Banjir Parah Rendam Thailand, Lebih dari 100 Buaya Dimusnahkan Demi Keselamatan
- Polisi Singapura Olah TKP Penganiayaan Berujung Kematian di Kedai Kopi, 4 Tersangka Dihadirkan
- Banjir di Inggris, Jalan Tol dan Operasional Kereta Api Masih Terdampak
Konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini telah mencapai titik didih setelah militan Hamas menyerang permukiman Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan hampir 1.200 orang.
Israel membalasnya dengan melakukan invasi ke Palestina selama hampir 1 tahun membuat sebagian besar wilayah Gaza hancur dan menewaskan lebih dari 41.495 jiwa.
Konflik tersebut kini meluas ke Lebanon. Israel telah menyerang bagian selatan Lebanon, tempat kelompok Hizbullah yang didukung Iran berada.
Masyarakat internasional khawatir eskalasi konflik tersebut meningkat, terutama jika Iran terlibat.
Seruan Amerika Serikat, Prancis dan sekutunya untuk menghentikan serangan Israel ke Lebanon telah ditolak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis 26 September.
Merespons tanggapan Netanyahu, Pangeran Farhan mengaku tidak habis pikir. "Saya terkejut," imbuhnya.