Skandal Fufufafa: Refleksi Buruknya Etika dan Literasi Digital Pemilik Akun

JAKARTA - Publik Indonesia dihebohkan dengan munculnya akun Fufufafa. Postingan lawas akun ini, yang beraktivitas di platform media sosial Kaskus, memuat cacian dan hinaan kepada Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Tidak hanya itu, akun tersebut juga dianggap melecehkan sejumlah artis perempuan, seperti Syahrini.

Lalu, siapa pemilik akun Fufufafa? Beberapa pihak mulai mencari tahu, termasuk Anonymous Indonesia. Melalui akun di media sosial X, Anonymous melakukan doxing dengan mengungkap sejumlah data pribadi yang diklaim milik Gibran Rakabuming Raka, yang dituduh sebagai pemilik akun tersebut.

"Data pribadi akun Fufufafa telah dibocorkan oleh Anonymous dan AnonGhost Indonesia. Access Personal Data: t.me/YourAnonId/88," cuit akun X tersebut, seperti dikutip pada Sabtu, 14 September 2024.

Tautan yang dibagikan dalam unggahan itu mengarahkan pada data pribadi Gibran, mulai dari nama lengkap, tanggal lahir, nomor telepon, hingga email putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Meski klaim kepemilikan akun Fufufafa oleh Gibran belum terbukti, anggota Dewan Pembina Perludem, Titi Anggraini, menegaskan bahwa ada langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan oleh pemilik akun tersebut untuk mencegah kegaduhan yang lebih luas.

"Di dalam demokrasi yang bermoral dan etis, sebaiknya mengakui kesalahan dan meminta maaf. Ini penting untuk standar moral dan perbaikan perilaku, serta dilakukan rekonsiliasi dengan pihak-pihak yang dirugikan. Ini agar tidak menjadi masalah jangka panjang," ujar Titi, Minggu, 22 September 2024.

Menurut Titi, fenomena akun Fufufafa harus dilihat dalam konteks lebih luas, terkait dengan kualitas demokrasi di Indonesia. Postingan akun ini mencerminkan buruknya literasi digital di kalangan masyarakat.

"Pemilik akun Fufufafa juga bisa disebut 'tuna politik', karena postingannya menghina lawan politik atau pihak dengan pandangan berbeda. Ini mencerminkan kebencian politik yang dangkal dan menunjukkan literasi yang tidak memadai," jelasnya.

Selain itu, pemilik akun tersebut dinilai kurang etis dalam memperlakukan martabat orang lain, terutama perempuan. Titi juga menyoroti bagaimana pemilik akun ini sangat diskriminatif terhadap orientasi seksual, gender, dan pilihan politik orang lain.

"Jika dia benar seorang politisi, maka jelas dia bukan politisi yang kredibel. Komunikasi politik yang baik tidak akan dilakukan dengan cara seperti ini," tegasnya.

Titi menutup dengan mengatakan bahwa kasus akun Fufufafa mencerminkan kegagalan literasi digital dan pendidikan politik di Indonesia. "Ini adalah cerminan buruknya literasi digital dan perilaku politik kita, yang harus menjadi refleksi bagi semua pihak," pungkasnya.

Perlu Konsultasi Psikolog

Guru Besar Fakultas Hukum UI, Jimly Asshiddiqie, melalui akun X pribadinya pada Minggu, 15 September, menyatakan bahwa akun Fufufafa mencerminkan rendahnya kualitas demokrasi di Indonesia. "FUFUFAFA adalah cermin peradaban demokrasi yang masih rendah dan kampungan. Sangat didominasi kampanye negatif dan serangan pribadi," cuit Jimly.

Sementara itu, psikolog Iswan Saputro menilai pemilik akun Fufufafa memiliki mental pecundang. Menurutnya, akun tersebut digunakan untuk menghina dan melecehkan orang lain di media sosial tanpa rasa tanggung jawab. Pemilik akun memilih bersembunyi di balik anonimitas atau menggunakan burner account, persis seperti buzzer yang tidak berani menunjukkan identitas asli mereka saat menyebar hoaks dan ujaran kebencian.

Psikolog forensik, Reza Indragiri, juga mengungkapkan kekhawatirannya jika Gibran terbukti sebagai pemilik akun Fufufafa. Ia menyoroti beberapa postingan yang menunjukkan bahwa pemilik akun tersebut mungkin kecanduan situs dewasa. Menurut Reza, kecanduan semacam ini dapat memengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

"Penelitian menunjukkan bahwa kecanduan pornografi dapat berdampak pada otak depan, yang berperan dalam fungsi eksekutif," ungkap Reza dalam sebuah kanal YouTube pada Jumat, 20 September 2024.

Fungsi eksekutif otak depan, jelas Reza, berperan dalam logika, analisis masalah, penciptaan solusi, dan pengambilan keputusan. "Bayangkan jika pemilik akun (Fufufafa adalah Gibran), wakil presiden kita, dan volume otak depannya sudah menyusut. Kemampuan berpikir dan pengambilan keputusannya bisa terganggu, dan kita bakal sengsara nggak sih,” bisa menghadapi masalah besar," jelasnya.

Reza menyarankan agar pemilik akun Fufufafa segera mengunjungi psikolog atau psikiater untuk mendapatkan bantuan. "Konsultasi dengan psikolog atau psikiater bisa menjadi solusi bagi siapapun pemilik akun ini," tegasnya.