Zimbabwe akan Sembelih 200 Ekor Gajah untuk Beri Makan Warga yang Kelaparan Akibat Kekeringan
JAKARTA - Zimbabwe telah mengesahkan penyembelihan massal gajah untuk memberi makan warga yang kelaparan akibat kekeringan terburuk dalam beberapa dekade.
Dengan hampir setengah dari populasi negara itu menghadapi risiko kelaparan akut, "kami menargetkan untuk memusnahkan 200 ekor gajah," kata Tinashe Farawo, juru bicara Otoritas Taman dan Satwa Liar Zimbabwe, kepada CNN pada Hari Senin, seperti dilansir 20 September.
Farawo menambahkan, pemusnahan akan dimulai setelah otoritas menyelesaikan dokumen yang diperlukan.
"Kami sedang mengerjakan dokumennya sehingga kami dapat memulainya sesegera mungkin," katanya, seraya menambahkan penyembelihan yang direncanakan akan menargetkan daerah dengan populasi gajah yang besar.
Langkah tersebut menyusul keputusan di Namibia untuk memusnahkan gajah dan hewan liar lainnya guna mengatasi kerawanan pangan yang dipicu oleh kekeringan yang berkepanjangan. Pemusnahan tersebut menuai kritik dari aktivis hak asasi hewan dan konservasionis.
Menteri Lingkungan Hidup Sithembiso Nyoni mengatakan kepada anggota parlemen minggu lalu bahwa "Zimbabwe memiliki lebih banyak gajah daripada yang kita butuhkan dan lebih banyak gajah daripada yang dapat ditampung oleh hutan kita."
Ia menambahkan, populasi gajah yang berlebihan "menyebabkan kurangnya sumber daya" untuk makanan mereka, yang memicu konflik antara manusia dan satwa liar di negara tersebut.
"Kami sedang berdiskusi dengan Zim Parks (Badan Taman dan Satwa Liar Zimbabwe) dan beberapa komunitas untuk melakukan seperti yang telah dilakukan Namibia sehingga kami dapat menghitung gajah, memobilisasi para wanita untuk mengeringkan daging dan mengemasnya guna memastikan bahwa daging tersebut sampai ke beberapa komunitas yang membutuhkan protein," jelas Nyoni.
"Ketika terjadi kelebihan populasi satwa liar di taman tertentu, mereka akan berusaha keluar dari taman untuk mencari sumber daya lain seperti air atau tanaman hijau. Ketika itu terjadi, mereka akan bersentuhan dengan manusia dan konflik pun dimulai," tambahnya.
Zimbabwe sendiri merupakan rumah bagi lebih dari 84.000 ekor gajah, kata Farawo, hampir dua kali lipat dari "kapasitasnya yang 45.000 ekor," tambahnya.
Diketahui, populasi gajah Zimbabwe adalah yang terbesar kedua di dunia. Jumlah gajah di sana hanya kalah dari Botswana.
Bulan lalu, Namibia menyetujui penyembelihan 700 hewan liar dan dagingnya akan didistribusikan kepada orang-orang yang menghadapi kerawanan pangan.
Lebih dari 150 hewan telah dibunuh, kata Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Pariwisata Namibia, dengan lebih dari 125.000 pon daging dibagikan.
Zimbabwe dan Namibia hanyalah dua dari banyak negara di Afrika bagian selatan yang menderita kekeringan parah yang disebabkan oleh El Niño. Negara-negara tersebut juga rentan terhadap kekeringan yang diperburuk oleh perubahan iklim.
Terpisah, pemusnahan gajah yang diusulkan di Zimbabwe dan Namibia telah menuai kritik keras.
“Pemusnahan gajah harus dihentikan,” kata Farai Maguwu yang memimpin kelompok advokasi berbasis di Zimbabwe, Center for Natural Resource Governance, dalam sebuah cuitan di X.
"Gajah punya hak untuk hidup," tulisnya, seraya menambahkan "generasi mendatang punya hak untuk melihat gajah di habitat aslinya."
Sedangkan ahli biologi konservasi dan konsultan sumber daya alam Keith Lindsay juga mengungkapkan ketidaknyamanannya dalam menggunakan satwa liar untuk mengatasi kerawanan pangan, dengan mengatakan kepada CNN hal "sangat mungkin menyebabkan permintaan daging hewan liar yang lebih rutin dan berkelanjutan yang tidak akan berkelanjutan."
Baca juga:
- Drone Bayraktar TB3 Bakal Jalani Uji Coba Terbang dari Kapal Induk TCG Anadolu
- Wanita Ini Berhasil Selamat Setelah Dililit Ular Piton Berukuran Besar Selama Dua Jam
- Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov Sebut Elon Musk Menonaktifkan Tesla Cybertruck Miliknya
- Menlu Retno Resmikan Indonesia House Amsterdam: Pusat Promosi Terbesar dan Terlengkap di Eropa
Namun, Farawo mengatakan keputusan Zimbabwe untuk menyembelih gajah — pemusnahan pertamanya sejak 1988 — merupakan bagian dari langkah-langkah yang lebih luas untuk mengurangi konflik antara gajah dan manusia, menyusul serangkaian serangan gajah terhadap manusia.
"Hewan-hewan itu menyebabkan banyak kekacauan di masyarakat, membunuh orang. Minggu lalu, kami kehilangan seorang wanita di bagian utara negara itu yang dibunuh oleh seekor gajah. Minggu sebelumnya, hal yang sama terjadi. Jadi (penyembelihan) itu juga cara pengendalian,” katanya.
Setidaknya 31 orang tewas di Zimbabwe tahun ini akibat konflik antara manusia dan satwa liar, demikian dilaporkan media lokal.