Mengenal Susu Ikan, yang Menjadi Polemik karena Disebut Masuk Program Makan Bergizi Gratis
JAKARTA – Belakangan, susu ikan jadi perbincangan hangat sesuai diusulkan sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program makan bergizi gratis di sekolah-sekolah Indonesia. Tidak hanya lebih ekonomis, susu ikan juga dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan susu sapi.
Usulan memasukkan susu ikan dalam program makan bergizi gratis milik Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka disampaikan Direktur Utama Holding Pangan ID Food, Sis Apik Wijayanto dalam rapat kerja bersama DPR RI.
Menurut Sis Apik, pengadaan susu dari peternakan sapi perah terintegrasi membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun. Untuk itu, ID Food mengkaji alternatif susu lain selain susu sapi untuk pemenuhan program susu gratis Prabowo-Gibran.
"Pengadaan susu dari mega farm butuh dua sampai tiga tahun, yang diusulkan maunya pengadaan awalnya maksimalkan ke peternak lokal di seluruh Indonesia, tapi jika tidak mungkin ada produk alternatif yang bisa dilakukan sebagai pengganti susu sapi, misal dari ikan ada juga," kata Sis Apik di Gedung DPR RI.
"Ini masih dalam kajian. Usulan ini pernah disampaikan beberapa tokoh masyarakat, tapi aroma dari susu ikan masih perlu perbaikan," tambahnya.
Sebagai informasi, susu ikan diluncurkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) di Indramayu pada 2023 sebagai upaya meningkatkan hilirisasi produk perikanan.
Produk inovasi binaan UMKM KKP itu berbahan baku ikan yang kemudian diproses dengan teknologi modern hingga menghasilkan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) sebagai bahan baku susu ikan.
"Ini akan menjadi faktor penting dalam meningkatkan hilirisasi perikanan, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono lewat keterangan resminya.
Produk ini, lanjut dia, merupakan produk inovasi yang menggabungkan antara manfaat protein ikan untuk kesehatan dengan diversifikasi produk olahan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk, sejalan dengan program prioritas KKP.
Lebih Unggul dari Susu Sapi?
Saat wacana penggunaan susu ikan untuk pemenuhan program makan bergizi gratis di pemerintahan Prabowo Subianto, sebagian besar tidak menerima gagasan ini. Alasannya karena publik kadung meyakini bahwa produk susu selalu berasal dari hewan menyusui seperti susu sapi atau susu kambing.
Bicara tentang susu ikan, sebenarnya produk ini tidak sama seperti produk susu yang selama ini dikenal masyarakat luas. Meski disebut susu ikan, produk ini sebenarnya tidak berasal dari kelenjar susu seperti susu sapi atau susu kambing, melainkan dari ekstrasi protein ikan, biasanya ikan laut yang kaya omega-3.
Susu ikan adalah produk diversifikasi pangan, khususnya di bidang perikanan. Ikan diproses melalui teknologi modern sehingga dapat menghasilkan Hidrolisat Protein Ikan (HPI). Nantinya akan menjadi bahan baku susu ikan. HPI ini diolah lebih lanjut sehingga menghasilkan produk minuman berprotein tinggi. Maka, sebenarnya ini lebih tepat jika disebut sebagai minuman protein dengan bahan dasar ikan.
Susu ikan dikembangkan sebagai alternatif susu berbasis hewan darat, dengan tujuan memberikan sumber nutrisi tinggi, terutama protein, tanpa harus bergantung pada susu sapi atau produk susu lainnya. Susu ikan dibuat dalam bentuk cair yang dapat diminum langsung atau dijadikan bahan baku dalam pembuatan produk-produk pangan lainnya. Rasanya lebih netral dan tidak bau amis seperti bayangan orang.
Ketua Komite Advokasi Percepatan Penurutan Stunting, Kesehatan Ibu dan Anak dan SDG’s Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Agussalim Bukhari menjelaskan bagaimana proses pembuatan susu ikan. Ia menuturkan, susu ikan terbuat dari protein yang dihidrolisis.
"Produksi jenis susu ini yang dia berasal dari pengolahan ya, istilah ilmiahnya kan hidrolisa protein ikan, yang jadi protein ikan yang dihidrolisis secara kimia supaya dia kandungannya konsentrat ya, yang lebih kecil begitu," ucap Agussalim dalam diskusi media yang digelar daring.
Ia mengatakan baik susu sapi maupun susu ikan sama-sama memiliki kandungan protein yang baik, namun ada keunggulan ikan yang tidak banyak ada pada susu sapi yakni kandungan omega-3 yang baik untuk pertumbuhan otak dan kesehatan jantung. Susu ikan, lanjut Agussalim, juga rendah laktosa sehingga aman untuk anak yang intoleran laktosa pada susu sapi atau sering disebut alergi susu sapi.
“Satu keunggulan kalau dari ikan semua orang sudah tahu bahwa mengandung omega 3, itu keunggulannya dari ikan apalagi buat susu, omega 3 juga bagus untuk penyakit kanker, bagus buat jantung, perkembangan otak dan tentunya anti inflamasi,” jelasnya.
Agussalim mengatakan, banyaknya anak Indonesia yang tidak menyukai ikan segar, menjadikan susu ikan dapat menjadi alternatif yang baik. Ia menjelaskan, proses pembuatan ekstrak ikan menjadi susu sapi bisa mengurangi gizi dari ikan itu hingga 50 persen karena proses pemanasan jika diolah menjadi susu. Karena itu, meski susu ikan mengandung protein, vitamin, dan mineral tapi tidak cukup hanya dari satu sumber saja, tetap harus ditambahkan konsumsi sayur dan buah untuk mencukupinya.
Sementara jika di tempat tinggal masih banyak tersedia ikan, maka lebih baik mengonsumsi daging ikan segar karena protein, vitamin dan mineralnya masih utuh. Susu ikan bisa dijadikan alternatif untuk yang sulit mendapatkan akses daging ikan dan pilihan lain dari susu sapi yang relatif lebih mahal.
Produksi Susu Segar Nasional Masih Minim
Menjelang dimulainya pemerintahan Prabowo pada Oktober mendatang, ketersediaan susu sapi menjadi sorotan karena ini disebut-sebut termasuk dalam produk yang disiapkan dalam program makan bergizi gratis.
Namun, Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan susu sapi dalam negeri secara mandiri. Dalam laporan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan tajuk Narasi Tunggal Sapi Perah pada Maret 2024, produksi susu segar nasional masih minim, bahkan jauh di bawah level konsumsinya selama periode 2017-2020.
Pada 2017, Indonesia hanya memproduksi 918,24 ribu ton susu segar, sedangkan total konsumsi atau permintaannya mencapai 4,27 juta ton. Untuk menutupi kekurangan pasokan tersebut, pemerintah mengimpor susu segar sekitar 3,36 juta ton.
Artinya, selama periode 2017-2020 produksi susu segar Indonesia hanya mencukup sekitar 21-22 persen dari kebutuhan konsumsi nasional, sedangkan 77-78 persen kebutuhan susu nasional dipenuhi melalui impor.
Baca juga:
- Kasus Perkosaan dan Pembunuhan Siswi SMP di Palembang: Kenapa Anak-anak Makin Sadis?
- Kejahatan Anak Makin Mengerikan, Perlukah Undang-Undang Perlindungan Anak Direvisi?
- Gerakan Tusuk Tiga Paslon Bentuk Kekecewaan karena Jagoan Gagal Maju di Pilkada Jakarta 2024
- Redefinisi Anggaran Pendidikan adalah Wacana yang Mengada-ada
Susu ikan disebut akan menjadi alternatif sembari pemerintah menyiapkan peternakan jumbo (mega farm) sapi perah, karena untuk menyiapkan mega farm beroperasi secara mumpuni dan menghasilkan susu untuk pemenuhan dalam program ambisius Prabowo butuh waktu tiga sampai empat tahun.
Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Nuri Ikawati mengatakan secara keseluruhan, penggunaan susu ikan bisa saja menjadi alternatif untuk digunakan dalam skala besar untuk program nasional. Namun, ia juga mengingatkan bahwa tidak bisa diwujudkan dalam waktu dekat karena harus mempertimbangkan banyak hal.
“Mungkin bisa dilakukan, tetapi akan memerlukan waktu, investasi dalam teknologi dan riset, serta dukungan infrastruktur,” kata Nuri.
Berhasil atau tidaknya program susu ikan ini juga akan sangat bergantung pada penerimaan masyarakat dan kemampuan sektor perikanan serta industri pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam skala besar secara berkelanjutan.